Mohon tunggu...
Abdul Halim Wicaksono
Abdul Halim Wicaksono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Kampus Siman. Berasal dari Siak-Riau, ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya untuk kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengorganisir Minat Pelajar, Menghindari Tawuran

29 September 2012   00:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:31 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tawuran!. Kata itu seakan menjadi tempat untuk unjuk kebolehan dan kehebatan kelompok pelajar satu dengan lainya atau sekolahan satu dengan yang lainya. Dengan tawuran sekelompok pelajar akan mendapatkan tempat tersendiri dalam dunianya. Mereka akan ditakuti oleh kelompok lain bahkan masyarakat sipil sekalipun. Selain itu, tawuran juga bisa dijadikan tempat ekspresi dan aktualisasi diri, mungkin karena tidak ada media lainya untuk menyalurkan kebutuhan tersebut. Beberapa minggu yang lalu publik digemparkan dengan terbunuhnya seorang pelajar bernama Alawy Yusianto Putra (15), siswa SMAN 6 Jakarta akibat tawuran atau penganiayaan Deni Januar, siswa SMA Yayasan Karya 66 yang dilakukan oleh sekelompok pelajar dengan prilaku agresifnya. Sontak kejadian ini membuat beberapa praktisi atau pengamat pendidikan menyalahkan kementrian pendidikan, sekolah, orangtua bahkan lingkungan dimana para pelajar tersebut tawuran. Alasan kuat tak lain adalah kegagalan mereka mencegah atau menjauhkan para pelajar tersebut dari tawuran. Mencegah tawuran bukanlah perkara mudah, apalagi iklim pendidikan di Indonesia tergolong kedalam persaingan yang tidak sehat. Untuk menjegal lawan, hanya diperlukan serangan fisik, bukan dengan menghasilkan karya kreatif. Jikalau kreativitas dalam diri pelajar, mungkin saja tempat untuk mengekspresikanya sangat minim sehingga mereka memilik tempat yang akan diakui publik. ya, tempat umumlah posisi yang cocok untuk memamerkan kekuatan dan keberadaan mereka. Pencegahan tawuran itu harus! namun penulis melihat sesuatu yang lebih urgen, yaitu bagaimana kita membina pelajar sehingga mereka menemukan jati dirinya bukan dengan cara tawuran, melainkan menyalurkan minat dan bakatnya kepada sesuatu yang lebih baik. Tawuran yang merupakan perwujudan dari prilaku serta sikap pelajar yang agresif adalah tindakan yang salah karena masa muda yang membara tidak diorganisir dengan baik. [caption id="attachment_201561" align="aligncenter" width="448" caption="Kelompok Pramuka Beserta pembimbingnya"][/caption] Belajar dari Gontor, membina semangat pemuda yang berapi-api susah-susah mudah. Penulis melihat di Gontor ada berbagai kelompok pelajar dengan minat dan bakatnya masih-masing. Selain itu mereka juga terkelompokkan dalam persatuan kelas serta asrama. Persaingan antara kelompok-kelompok tersebut ada dan bahkan sangat tinggi. Sebagai Contoh, dalam ajang lari pagi setiap hari Selasa dan Jum'at para pelajar di Gontor berkelompok sesuai asramanya masing-masing. Mereka saling menyerang kelompok asrama lain dengan yel-yel dan lagu-lagu buatan mereka sendiri. Riuh dan ramai bila kita lihat sendiri keadaanya. Namun disana ada Pengurus asrama yang selalu menjaga mereka dari bertindak diluar batas semisal melemparkan kerikil atau benda-benda lainya kepada kelompok asrama lain. [caption id="attachment_201562" align="aligncenter" width="448" caption="Persatuan Kelas 1 dalam Lomba Vocal group"]

1348877425580042989
1348877425580042989
[/caption] Namun, hal ini hanya terjadi ketika mereka terkelompok dalam asrama masing-masing. Ketika masuk sekolah, mereka tidak lagi terkelompok dalam asrama namun sesuai dengan kelas masing-masing tak adalagi dendam karena kalah yel-yel atau sorak-sorai ketika kalah sari asrama lain. Dari pengamatan penulis, hal inilah yang membuat persaingan diantara mereka sangat sehat. Disatu sisi mereka mengeluarkan berbagai sikap agresifnya yang diwujudkan dengan yel-yel dan sorak sorainya lagu, disisi lain mereka kembali berjabat tangan dan bekerjasama dalam hal belajar di ruang kelas. Persatuan ini lebih erat lagi bila kita melihat aktifitas santri-santri Gontor di sore hari. Mereka berkelompok-kelompok menurut minat olahraga dan ketrampilan yang disukainya. Ada klub sepak bola yang berjumlah 8 klub, kelompok basket dengan berbagai klubnya, futsal, bolavoli, beladiri, senam lantai dan lain sebagainya. kelompok Ketrampilan juga terorganisir dengan rapi, ada klub Khat yang dinamai AKLAM (Asosiasi Kaligrafer Darussalam), adajuga kelompok yang suka menggambar kartun yang dinamai LIMIT (Lintas Imajinasi santri), kelompok pelajar yang suka dengan teaterikal dan drama disatukan dalam ARMADA (Asosiasi Taterikal dan Drama Darussalam) dan masing banyak lagi kelompok-kelompok lainya yang menunjukkan minat masing-msing santri/ pelajar. [caption id="attachment_201563" align="aligncenter" width="448" caption="Persatuan Siswa Akhir dalam Acara Panggung Gembira yang menghasilkan kreativitas dan meneguhkan tali persaudaraan"]
13488775892128051230
13488775892128051230
[/caption] Belajar dari pengalaman Gontor diatas, kita dapat mengambil beberapa poin penting untuk menghindarkan pelajar dari tawuran bahkan meningkatkan minat dan kemampuan mereka. yaitu dengan cara: Pertama, Membuat ajang kebersamaan antar kelompok pelajar atau sekolah. Pelajar tiap sekolah dikelompokkan dalam sebuah acara yang dimana mereka semua saling berkontribusi untuk mensukseskanya. Hal ini akan meminimalisir ketegangan antar kelompok pelajar lainya bahkan mempererat ukhuah dan tali persaudaraan diantara mereka. Sejarah membuktikanya dengan persatuan pelajar Indonesia yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Kedua, Memperbanyak kelompok-kelompok sesuai minat dan bakat masing-masing siswa. Dengan banyaknya kelompok minat tersebut secara langsung kita menyediakan tempat bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan setiap pelajar. Ketiga, Pengawasan dan bimbingan secara berkesinambungan terhadap kelompok minat dan acara kebersamaan tadi sebagai bentuk perhatian kita kepada mereka. [caption id="attachment_201564" align="aligncenter" width="448" caption="Gabungan Kreativitas AKLAM, LIMIT dan GASTRADA membuat maket Gedung dan Masjid"]
13488778241067111102
13488778241067111102
[/caption] Ketiga langkah diatas semoga dapat menjadi acuan untuk meredakan tawuran antar pelajar dan mengembangkan bakat mereka yang tersimpan. Memang ketiga langkah diatas terasa masih kurang, namun menurut penulis patut dipertimbangkan untuk dijadikan acuan. Semoga pendidikan di Indonesia terus membaik dan setiap pemuda dapat mengembangkan kemampuan masing-masing. Pada akhirnya diharapkan mereka akan menemukan jati dirinya kemudian berkarya sehingga bermanfaat untuk dirinya, orangtua, orang-orang disekitarnya hingga tingkatan bangsa dan agama. Amiiiin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun