Mohon tunggu...
Hasiati Kimia
Hasiati Kimia Mohon Tunggu... Penulis - Bukan seorang penulis profesional, tetapi menulis dapat membuka wawasanku

Banyak bermimpi dan mencoba langkah baru kadang selangkah mendekatkanmu dengan mimpumu

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Suara dari Timur: Part 4 Sehari di Desa Rutah

4 November 2015   16:32 Diperbarui: 4 November 2015   16:41 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="desa rutah"][/caption]Pagi baru saja hampir berlalu ketika sepeda motor kami bertolak dari rumah yang berada di Kelurahan Lesane Kecamatan Kota Masohi Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Masohi Merupakan ibu kota Kabupaten Maluku tengah dan biasa disebut pusat kota dari kabupaten ini.

Kendaraan kami melaju dengan kecepatan rata-rata 60 Km/jam menempuh beberapa desa yang letaknya disamping pantai. Kapal-kapal nelayan tampak memenuhi pasisir pantai sepanjang jalan yang kami lalui, sapaan hangat warga desa setempat sesekali memenuhi perjalanan kami.

Butuh waktu satu jam perjalan hingga akhirnya kami sampai di Desa Rutah, desa yang masih kental logat daerahnya yang terbilang unik ini. Sepeda motor mulai melaju pelan, melintasi sepetak lapangan yang dipakai bermain anak-anak desa ini. Terdapat tiga kelompok bermain yang tampak oleh mata kami sewaktu melewati lapangan tersebut, kelompok pertama terdiri dari empat orang yang asyik bermain yeye (lompat karet), kelompok kedua terdiri dari delapan orang dengan permainan Asen (hadang garis) tepat ketika salah satu anak berhasil melewati semua halangan di berteriak “Asen”, kelompok ketiga didominasi anak laki-laki dengan mutel (kelereng) mereka masing-masing.

Setelah melewati perkampungan, tepat diujung desa tibalah kami di tujuan yakni pantai Rutah. Hampir seluruh tempat sejuk dibawah pohon yang berejejeran sudah dipenuhi oleh wisatawan lokal maupun non lokal dari tua hingga yang muda, dengan keluarga, kekasih, sahabat, bahkan kelompok wisata dari sekolah tertentu.

Jejeran penjual rujak tampak meramaikan pantai ini. Hampir tiap lapak melayani lebih dari lima pembeli yang mengantri, pilihan pedas tidaknya tergantung pilihan cili (cabe) yang anda gunakan. Tersedia juga beraneka jenis minuman ringan disini.

Pantai dengan beragam jenis pecahan batuan akibat abrasi serta pecahan kerang-kerang yang mati namun tetap cantik. Ombak yang saling beradu ketinggian ditiap gilirannya terlihat asyik mempermainkan bocah-bocah cilik di bibir pantai.

Tak terasa sore sudah menunjukan dirinya yang mengenakan gaun jingga mentari menghampiri ujung cakrawala. Keindahan ini tentu tak kami lewati, warnanya sempat menghangatkan hati kami yang sempat letih bermain ombak. Dengan membawa pulang oleh-oleh beberapa bungkus rujak kami meninggalkan pantai ini walau terasa enggan.[caption caption="doc pribadi, pantai rutah"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun