Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Harga Kebutuhan Pokok Rakyat Meroket, Indonesia Rawan Dijajah

3 Februari 2022   13:23 Diperbarui: 3 Februari 2022   13:53 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istana Negara Republik Indonesia. Gambar stockimage.


Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Dimana-mana masyarakat mengeluh dengan harga kebutuhan pokok yang semakin hari semakin meningkat.  Barangkali masyarakat merasa terbantu oleh pemerintah dengan adanya bantuan langsung dengan berbagai skema untuk penanganan sementara hidup masyarakat akar rumput.

Namun yang menjadi catatan dalam kehidupan berbangsa sesungguhnya adalah bagaimana masyarakat dapat mencapai tingkat kesejahteraannya dan hal itu juga menjadi tujuan masyarakat dalam bernegara sebagaimana konstitusi sebahagian besar negara di dunia.

Lalu kenapa begitu banyak negara yang akhirnya hanya bermimpi untuk membawa masyarakatnya menjadi maju? Bahkan ada juga negara yang mengalami kebangkrutan dan bahkan bubar dan terpecah menjadi negara-negara kecil?

Kesempatan seperti ini bisa dimanfaatkan oleh bangsa asing untuk menjajah di era modern ini,  anggota masyarakat asing dapat saja menggunakan uang untuk membeli asset-asset primer bangsa kita dengan kekuatan uangnya. 

Mereka membawa segepok Dollar lalu membeli semua tanah disebuah pulau dengan menggunakan identitas salah seorang penduduk setempat dan akhirnya pulau di negeri kita menjadi milik warga bangsa asing.

Tanda melemahnya nilai hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat ditandai dengan lemahnya seleksi calon pemegang amanat rakyat,  diantaranya sebagai berikut :

 - Lemahnya kualitas wakil rakyat dimana semua wakil rakyat hanya terpilih atas besarnya jumlah uang yang mereka keluarkan, maksudnya orientasi keterpilihan mereka berada pada nilai uang. Jabatan wakil rakyat bisa dibeli meski melalui rakyat langsung dalam mekanisme pemilihan langsung. Bisa saja masyarakat akan memilih toke, agen narkoba karena mereka banyak uang. Padahal prilaku mereka sebelum mereka menjadi wakil rakyat sudah duluan merusak generasi bangsa dengan aktivitas dan penghasilan mereka.

 - Lemahnya kualitas pimpinan daerah, dimana pimpinan daerah butuh banyak uang untuk memenangkan pemilihan, tentu mereka akan mendapat support dana kampanyenya dari uang hasil bisnis yang merusak.

  - Seleksi calon aparatur negara akan berlaku hal yang sama,  sudah pasti berkecenderungan dengan hasil sogok kiri dan kanan.

  - Berikut manajemen jabatan dalam pemerintahan juga berada pada tataran besaran uang,  misalnya untuk menjadi kepala dinas, untuk menjadi kapolda,  kapolres, pangdam dan jabatan lain-lain syaratnya menyerahkan sejumlah uang,  maka hasil kerjanya juga pasti dapat diukur bahwa money to money,  uang dipancing dengan uang.
 
Jika seluruh stake holder, eksekutif, legislatif dan yudikatif sudah berada dalam lingkaran setan maka kebijakan dan keputusan-keputusan publik sudah jelas dengan sogok menyogok karena mentalitas dan moralitas pemangku jabatan publik itu pasti akan cenderung korup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun