Kesebelas, Pimpinan pusat seringkali mempertimbangkan stabilitas organisasi dan kader sehingga mereka sering terjebak untuk larut dalam inrasionalitas maka meskipun terjadi stagnasi organisasi politiknya tetapi tidak cerdas mengambil keputusan organisasi yang strategis, misalnya mengganti pimpinan yang salah dan mencari pimpinan wilayah yang baru untuk membangun image dan opini baru agar memberi secercah harapan baru bagi masyarakat.
Keduabelas, Pimpinan Pusat Lamban mengambil keputusan politik untuk merombak manajemen dan ketakutan memberi kepercayaan kepada elemen warga baru sebagai pimpinan organisasi, padahal kader yang lama dalam teori organisasi akan menjadi fondasi ketahanan organisasi dan kebanyakan mereka jika terbatas kecerdasan tidak dapat diharapkan untuk perubahan karena terjebak dengan sistem organisasi. Sebagai contoh bisa kita saksikan pada pergantian kepala daerah, justru seringkali saat penempatan pejabat (pj) yang didatangkan dari luar saat itulah bisa dilakukan suatu perubahan. Organisasi juga perlu perombakan-perombakan agar menghasilkan perubahan fundamental apabila terjadi stagnasi.
Ketigabelas, Pimpinan organisasi kurang kreatif meramu perpaduan kader lama dan kader baru di daerah sebagai misi merekrut kader dari masyarakat yang seharusnya sebagai kewajiban partai politik namun terjebak dalam dinamika internal. Seharusnya kader yang beprestasi sudah seharusnya berada dalam rencana perubahan dan menempatkan pimpinan baru yang direkrut dari luar sebagai manager partai yang baru. Karena organisasi politik juga bisa dilakukan perombakan pada level pimpinan tidak hanya pada para kader semata.
Demikianlah halnya dalam menyiasati kondisi masyarakat disuatu daerah yang memiliki karakter tersendiri karena dipengaruhi oleh kecenderungan lingkungan dan nilai-nilai kehidupannya secara spesifik sehingga tidak semua daerah bisa disamakan dalam penanganan partai politik. Mungkin saja secara nasional partai tersebut menang tetapi bisa saja di daerah tertentu mereka justru drop down.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H