Dengan kata lain penjahat organisasi ini juga telah merusak tatanan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan sengaja maupun tidak sengaja, akibat kelemahan otaknya mencerna dampak yang ditimbulkan dalam perihal kepercayaan publik. Meski orang itu taat beragama, dan terlihat banyak menyumbang namun semua itu tidak akan berarti bila ia tidak amanah dalam mengemban tugas dalam berorganisasi.
Berorganisasi itu menjadi indikator seseorang dalam kepercayaan mengemban tugas sebagai pejabat publik jika dalam organisasi kecil atau organisasi politik prilakunya merusak dan mengkhianati maka dalam organisasi negara juga sama, kalau dia korup maka tetap saja ia akan korup, kalau ia tidak bisa menjaga dan mengembangkan organisasi politik maka ia juga tidak bisa membangun dalam pemerintahan karena semua pekerjaan bernegara itu adalah pekerjaan pengorganisasian.
Tingkah laku anggota organisasi yang kasar dapat dilihat dengan cara mewarnai organisasi. Misalnya dengan dia masuk kemudian menggunakan kesempatan dalam rencana orang yang telah lama.
Nah apa yang anda lihat dengan pekerjaan itu? Keilmuan, keahlian menjabarkan, bisa memberi arah hidup, maka pemimpin itu disebut pencerah. Kalau bukan pencerah tapi ia ketua organisasi bagaimana? Ia hanya pengambil manfaat organisasi, anggotanya sudah pasti manusia tertinggal dan bodoh maka pemimpin yang dilahirkan itu tidak mungkin orang cerdas karena ia terjebak tanpa sadar dalam lingkaran kebodohan dan ketertinggalan.
Sebenarnya inti masalahnya apa sih hingga demikian? Jawabnya adalah Jiwa dan cara Pikir yang keliru atau otak yang tidak bekerja secara baik karena jarang di asah akibat banyak pekerjaan fisik dan itu yang tertular kepada anggota organisasinya kemudian membentuk penyebaran kepada rakyat yang akhirnya menjadi sumber awal pembodohan rakyat yang merata. Karena itu segera hentikan setiap melihat prilaku organisasi atau pimpinan organisasi yang demikian agar tidak menjadi penyakit sosial dan merusak mentalitas serta moralitas masyarakat dan generasi  bangsa.
Semoga!
Sumber gambar : pexels
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H