Oleh : Tarmidinsyah Abubakar
Bagaimana sesungguhnya politik Indonesia?
Bagaimana sesungguhnya partai politik dalam menentukan calon pemimpin bangsa?
Bagaimana sebenarnya kemampuan masyarakat Indonesia memilih?
Bagaimana sebenarnya pimpinan partai politik di Indonesia memahami demokrasi?
Bagaimana sebenarnya rakyat Indonesia memahami demokrasi?
Kenapa pemimpin dalam sistem politik selalu muncul alternatif?
Kenapa orang yang mampu dan punya kapasitas tidak dipilih rakyat?
Segudang pertanyaan akan muncul ketika kita mendalami politik di Indonesia.
Tetapi saya tidak perlu membedah habis karena kuatir dijadikan tersangka dengan delik aduan masyarakat banyak tahu. He he he....
Jadi, begini perkaranya tuan-tuan yang saya hormati diseluruh tanah air baik dalam negeri, luar negeri, yang taat dan patuh dan setia kepada negara, yang berontak kepada negara baik di luar maupun di dalam negeri. Karena keberadaan rakyat Indonesia sama pentingnya dalam membangun bangsa. Bahkan mereka yang memberontak jauh lebih utama dibandingkan yang menjilat. Karena pemberontak itu adalah warga negara yang paling mencintai tanah airnya.
Lalu siapa yang mereka berontak? Jelas bukan negara tetapi pemimpin negara. Titik.
Warga masyarakat Aceh dan Papua banyak yang memberontak. Tapi mereka memerontak kepada pemerintah supaya negara dikelola secara benar dan jujur. Jika tidak kami akan keluar dari NKRI. Begitu substansi gugatan pemberontak.
Kalau demikian substansi gugatannya maka bila mereka dihukum tergolong pemimpin buta dalam membangun bangsanya. Kalau mereka di tembak mati maka pemimpin negara ini jelas tidak waras.
Karena apa? Karena tugas presiden dalam negara demokrasi adalah membangun kesadaran berbangsa dan bernegara. Pemberontak adalah para pecinta negara bukan para pengikut atau pendukung presiden. Tetapi mereka melihat negara dan pengelolaannya tidak benar oleh pemerintah.
Kalau pemberontak sudah mendukung presiden maknanya dia telah menganggap presiden itu memenuhi syarat sebagai presiden maka mereka ikut mendukung calon presiden.
Misalnya, GAM di Aceh yang mendukung calon presiden kemudian calonnya kalah maka mareka sudah mengakui bahwa negara ini baik hanya saja presiden yang dipilih rakyat yang salah kaprah dalam membangun bangsa.