Jika anda menanyakan, apakah kondisi negara ketiga akan mengalami kebangkrutan? Jawabnya benar dan bagaimana dengan negara berkembang? Tentu jawabannya adalah dalam proses menuju ke titik stagnasi, bahkan mereka akan mengalami inflasi yang tinggi dan redenominasi terhadap mata uangnya. Kebijakan alternatif pemulihan ekonomi bersifat sementara dilakukan dengan membuang beberapa nol pada mata uangnya sehingga nominalnya menjadi lebih kecil, misalnya uang Rp. 1.000 menjadi Rp. 1.
Lihatlah bagaimana kondisi negara Zimbabwe dengan tingkat inflasi 785 persen. Jumlah uangnya segerobak, tetapi nilainya hanya cukup untuk membeli sepiring martabak atau segelas kopi atau satu lampu teplok. Kemudian masyarakatnya menjual uangnya yang segerobak dengan sedikit jumlah mata uang lainnya yang establist seperti US Dollar dan uang negara lain. Hal itu semula berawal dari kondisi politik dan kepemimpinan yang korup.
Jika sudah demikian kondisi negara maka negara tersebut sudah dianggap kacau balau dan diambang bangkrut. Kondisi ini dengan gampang dapat dijajah oleh bangsa lain dengan pintu masuk bantuan atau pinjaman pemulihan ekonominya.
Lalu, bagaimana negara yang kuat? Jawabnya adalah negara dengan referensi rakyatnya yang produktif dan negara produsen bukan negara konsumtif. Maka discovery dan inovasi dan mereka warga yang cerdas dan mumpuni harus mendapat perhatian dan prioritas pemerintahnya. Kalau pemerintah lemot dan apatis dan mereka hanya berkonsentrasi pada jabatan administratif dan birokratif maka potensi negara gulung tikar senantiasa menunggunya.
Oleh karena itu pemimpin politik perlu berorientasi pada upaya-upaya menghadapi masalah bangsa dan harus bersikap terhadap penyelewengan kekuasaan, karena pemilik kekuasaan yang absolut akan cenderung korup dan membawa kekuasaannya pada kepentingan dirinya dan kelompoknya. Jika pemimpin politik larut dalam kekuasaan partai politik mereka akan cenderung lupa pada penanganan rakyat dan negaranya, yang pada akhirnya mereka yang pemimpin politik disamakan dengan pembohong karena kondisi rakyat yang terus melarat.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H