Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Partai Aliran Tidak Besar, Padahal Kadernya Militan? Partai Terbuka Cenderung Dipilih Rakyat

9 Februari 2021   12:40 Diperbarui: 9 Februari 2021   17:06 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Justru karena itu maka partai aliran itu tidak pernah besar dalam sejarah politik Indonesia, mereka selalu berada dibawah, padahal pemimpinnya dikenal strong dalam kepemimpinan. Jikapun dilakukan survey oleh suatu lembaga mereka disebut berkembang tetapi besarannya pasti berkisar antara angka dua ke angka dua koma yang meyakini rakyat bahwa partai tersebut tidak akan besar.

Saya tidak paham, apakah Indonesia ini dikuasai oleh mafia politik yang tidak mampu di ketahui oleh masyarakatnya sedangkan terget-target politik mereka terus berjalan seumur masa meski terjadi berbagai perubahan di negara ini.

Lalu jika hasil dukungan rakyat terhadap jenis partai poitik maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa masyarakat begitu normatif dan matang dalam kacamata politik.

Artinya mereka pimpinan partai politik yang cerdas gagal menggunakan rakyat sebagai alat politik untuk kekuasaan. Karena apa?

Karena jumlah warga beragama adalah potensi dalam politik, maka partai politik melakukan eksploitasi terhadap suatu agama untuk mendapat dukungan warganya. Demikian pula aliran, misalnya dalam Islam ada NU dan Muhammadiyah dan ada partai dalam kandungan organisasi aliran tersebut. Jumlah kursi sudah pasti akan lebih dapat diperjelas meski tidak secara total tetapi besarannya tidak akan signifikan bertambah maupun berkurang. Karena partai politik memilih posisi aman dengan masa kaptifnya dalam menghadapi pemilu.

Padahal pandangan politik ini bertentangan dengan konsep demokrasi yang sesungguhnya. Pemimpin politik aliran menggunakan sistem feodalis sementara demokrasi berlawanan dengan konsep kepemimpinan feodalisme. Karena itulah masa kaptif itu dalam politik hanya memberi bobot 20 persen dan mengorbankan bobot lainnya 80 persen dalam politik.

Lalu apa yang lebih ideal dan bijak digunakan dalam melihat dukungan politik? Jawabnya adalah "Daya Ungkit" tetapi tidak semua pemimpin berani bertaruh dengan daya ungkit karena hal ini adalah mempengaruhi politik secara murni.

Secara gamblang perbedaan partai politik aliran dan partai terbuka itu mudah, Partai terbuka meminta dukungan politik kepada seluruh rakyat Indonesia, sementara partai aliran meminta dukungan kepada warga NU atau Muhammadiyah. Potensi mana yang lebih besar tentunya tidak perlu cerdas memahaminya.

Secara lebih spesifik tulisan ini ingin menitip pesan kepada warga masyarakat Indonesia yang mendirikan partai politik agar berani lepas dari berbagai aliran yang mengikat politik sehingga rakyat Indonesia bisa belajar politik yang normatif.

Sekian

Sumber Gambar : Kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun