Lalu, apa yang menjadi kendala sehingga masyarakat kita diwilayah pedesaan sekalipun tidak melakukan usaha untuk menutupi pengeluarannya sehari-hari atas nama tanaman ringan, cabai, bawang dan tomat? Jawabnya adalah budaya kita yang berbeda, disamping itu kemalasan kita yang melampaui batas.
Kalau saja, kepala desa memiliki ajaran sebatas membudayakan masyarakat dalam penanganan kebutuhan dapurnya saja, sudah cukup baik kinerja mereka di kampung halamannya disamping tugas utamanya untuk membangun kepemimpinan dan administrasi negara bagi wilayahnya. Demikian pula jika seorang Camat di tingkat kecamatan dapat membangun budaya dan memberi perhatian terhadap keluarga yang melakukan swadaya kebutuhan dapurnya dengan tanaman sendiri niscaya mereka telah mampu membangun budaya yang baik bagi kehidupan masyarakatnya dalam penanganan penghematan biaya pengeluaran sehari-hari daripada para pejabat tersebut hanya sebatas menjaga wibawa dan bergaya sebagai pemimpin masyarakat di suatu kecamatan.
Minimal masyarakat dikecamatannya berswasembada kebutuhan dapur tanpa mengeluarkan biaya rutin. Sungguh sepele namun hal itu cukup berharga apalagi masyarakat sedang menghadapi pandemi sebagaimana situasi ekonomi yang sangat tertekan.
Lalu, apakah gengsi? Jika gengsi maka disitulah kekeliruan masyarakat kita dalam memahami gengsi itu sendiri. Sesungguhnya menjadi sesuatu yang memalukan dengan kondisi tanah yang subur tanaman di halaman rumah, hanya sebatas bunga untuk batasan keindahan. Padahal fungsi keindahan tidak pernah bisa menekan angka pengeluaran keluarga.
Justru karena itu kita berharap, dimasa depan agar masyarakat dapat membudayakan tanaman dapurnya untuk menekan borosnya belanja rumah tangga yang dapat berdampak pada pengeluaran lain dan mempengaruhi pendapatan kepala keluarga dan pejabat dilingkungan  desa dan kecamatan tersebut.
Mari budayakan tanaman kebutuhan dapur di kebun dan halaman rumah kita,,,,
Jangan anggap sepele,,,,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H