Mohon tunggu...
Tara Prayoga
Tara Prayoga Mohon Tunggu... -

aku penulis HEBAT...............!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulis, Menulis dan Menulislah!

18 November 2012   14:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:06 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh : Tara Prayoga

Setiap insan yang terlahir di muka bumi ini pada dasarnya memiliki kemampuan menulis. Setiap orang sejatinya adalah penulis. Sosok yang menulis apapun. Namun, jika di kemudian hari ia memiliki bakat menulis yang jauh lebih baik dari siapa pun, bahkan ia telah menjadikan menulis sebagai profesi inti baginya, tentu hal tersebut bukanlah sebuah kebetulan. Karena dalam hidup ini tidak ada istilah kebetulan, yang ada ialah ketentuan. Dengan kata lain, berarti Allah telah menetapkan takdir kepadanya untuk menjadikan menulis sebagai profesi inti. Tetapi hal ini tidak menjadi tolak ukur bagi kita, bahwa yang memiliki hak menulis hanyalah mereka yang menjadikan menulis sebagai profesi inti. Mengapa?

Pada hakikatnya, menulis bukan hanya dinilai sebagai aktivitas fisik belaka, melainkan juga ekspresi diri yang mengharuskan kita menggunakan hati, mengalir apa adanya, dan tidak merekayasa sesuatu. Selain itu, menulis juga menuntut kita untuk berlatih secara berkesinambungan dan terpola secara sistematis. Mengapa demikian? Karena apabila kita telah menjadikan menulis sebagai rutinitas dan kebutuhan, maka secara alami naluri menulis yang  kita miliki akan semakin terasah, sehingga jika semula kemampuan menulis itu tumpul, pada akhirnya akan tersulap menjadi tajam laksana sebuah pena yang siap menuangkan tintanya di kertas putih.

Seperti yang telah kita pahami, bahwa tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Semuanya butuh proses dan tidak langsung jadi. Peristiwa dan kejadian sehari-hari merupakan instrumen perangsang sekaligus bahan untuk menuangkan perjuangan dan pengorbanan itu dalam bentuk tulisan. Artinya, apa pun yang dirasakan dan dipikirkan seseorang merupakan sarana jitu yang dapat dijadikan objek penulisan.

Jika kita merasa belum percaya diri dengan tulisan kita dan merasa tulisan tersebut hanya layak dikonsumsi sendiri. Maka, janganlah bersedih hati. Kita masih dapat menuangkan tulisan di buku harian (diary), menulis apa pun sesuai suasana hati (mood) dalam bentuk yang disukainya. Intinya semau gue-lah, bebas lepaskan pikiran yang dirasakan.

Namun, apabila kita merasa orang lain harus membaca tulisan itu, kita tidak perlu menunggu penerbit menyambut baik tulisan kita. Tidak perlu pula menunggu kita menjadi penulis terkenal. lalu? Yah, kita dapat menjadikan berbagai sarana sebagai wahana berlatih. Misalnya menerbitkan tulisan itu di laman (page), situs pribadi, juga lewat blog, dan lainnya yang menyediakan layanan gratis. Bahkan kita juga dapat menerbitkannya melalui catatan (note) di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.

Oleh sebab itu, seseorang harus mempunyai keyakinan kuat, bahwasanya ia bisa menulis. Jangan pernah menganggap menulis adalah bakat alami seseorang. Bakat tidak akan membuahkan hasil yang diinginkan, jika tidak diasah secara intens.

Tanamkanlah dalam hati sebuah pemikiran bahwa tulisan akan abadi, sementara kita akan mati. Dengan pemikiran itu, kita akan selalu terpacu untuk senantiasa berkarya melalui tulisan, membaca, dan menganalisa sesuatu untuk ditulis. Goresan pena yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang bermanfaat akan selalu terkenang oleh generasi sekarang, nanti, dan selamanya. Yah, kita tidak perlu terlalu berharap tulisan itu akan menjadi perhatian dunia, apalagi menjadi catatan sejarah yang fantastis. Akan tetapi paling tidak, tulisan tersebut dapat bermanfaat untuk anak cucu kita di masa mendatang. Sehingga goresan tinta yang pernah kita tulis akan menjadi amal ibadah penyelamat untuk kehidupan akhirat kelak

Oleh karena itu, jika menulis bukanlah profesi utama dan penopang kehidupan terbesar dalam hidup kita. Maka jadikanlah menulis sebagai aktivitas yang menyenangkan dan  bermanfaat untuk diri sendiri serta orang lain. Jadi mulailah menulis dari sekarang !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun