Oleh : Goodfathers
Banyak daerah yang mempertaruhkan kepala daerahya pada seorang birokrator, misalnya sekda dan pegawai senior lain yang ditunjuk untuk kepala daerah.
Kebanyakan masyarakat daerah bingung dalam mengartikulasikan pemimpin daerah antara politisi dan birokrator.
Padahal dalam ilmu politik sudah sangat jelas diatur batasan fungsi dan tugas birokrator sebagai pelaksana teknis, kalau jabatan birokrator ya mereka hingga di batasan jabatan Sekretaris Daerah.
Karena pegawai senior yang bekerja secara teknis dalam jangka panjang maka karakternya sudah pasti terbentuk sebagai pekerja teknis dan mereka sama sekali bukan disiapkan untuk mengurus urusan fundamental yang holistik dalam kepemimpinan rakyat daerahnya. Kalaupun dioaksakan secara mental tidak akan cukup kuat menghadapi resiko tersebut.
Secerdas apapun seorang birokrator, mentalitasnya tetap saja dibelakang meja kerjanya, kalau dia berani melakukan aktivitas yang berbau politik itu disebabkan para politisi yang jahat menyeretnya untuk menjadi alat politik.
Birokrator memang dapat dimanfaatkan secara efektif bagi mereka yang mengambil manfaat seperti menguasai pekerjaan di pemerintah, mengajak mereka bekerja kearah tujuan mereka untuk mendapatkan manfaat bagi politisi yang jahat, bahkan mereka menguasai birokrator yang punya kewenangan dalam tugasnya.
Contoh sederhananya begini saja, birokrator sebagai tukang masak di dapur, yang menentukan masakan apa, itu ya tuan rumah dan para tamunya yang mau makan apa. Mereka tidak akan ke dapur untuk memastikan tukang masak memasak bagaimana.
Tapi salah seorang tamu mendatangi dapur kemudian mengubah masakan jadi rasa yang dia mau atau saingannya tidak suka yang penting menguntungkannya. pertanyaannya siapa yang berakal burik? jawabannya itulah politisi burik yang ambil proyek pemerintah dari tangannya melalui bagi hasil.
Itulah sebabnya uang negara tidak akan sampai pada rakyat, karena ditimbun oleh birokrator dan politisi burik tadi.