Zainab. Dengan nama itu dia memperkenalkan dirinya. Sederhana, pintar dan santun. Kesan pertama yang ditinggalkannya saat pertemuan itu. Berbeda. Tidak sama dengan gadis-gadis Saudi yang rata-rata berpenampilan mewah, cuek dan sok pintar.
Zainab dan penampilan apa adanya itu telah banyak memikat sekian hati untuk berlama-lama nyaman di sampingnya. Sungkan, enggan dan semua kata yang membuat orang tidak nyaman nyaris tidak pernah menempeli kepribadiannya. Hampir semua orang yang dekat dengannya sepakat bahwa nyaman dan aman adalah kata tepat membersamainya.
Banyak sekali contoh tanpa kata yang dijejakkannya pada dinding jenak orang-orang yang beruntung berteman dengannya. Aku yang sebentar saja membersamai jenaknya, banyak sekali nilai, makna dan hikmah yang dapat aku pungut dari kata dan caranya memperlakukanku sebagai manusia. Yah, sebagai manusia dengan segenap sisi kemanusiaanku yang masih sangat butuh perbaikan terus-menerus.
Pertemuan singkatku dengannya adalah keberkahan tersendiri bagi pendefinisianku terhadap ruang hidup. Sebuah ruang yang seringkali aku lupa dan lalai untuk memanfaatkannya. Ruang itu bernama anugerah 'hari ini'. Adalah Zainab yang kemudian memperkenalkan ruang itu, sehingga dengan sedikit demi sedikit ada upaya untuk menepuk pipiku keras-keras. Hingga aku selalu berada dalam kesadaran yang utuh untuk selalu menghidupkan anugerah 'hari ini' dengan sebaik-baiknya.
Zainab kini telah bahagia. Telah mengetahui nilai kehidupannya. Telah menemui TuhanNya. Semoga peninggalan jejak berharganya itu menjadi amal yang dicatat sebagai bagian bekal yang berharga bagi perjumpaannya dengan Dzat yang selalu dirinduinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H