Mungkin, jika isra mi'raj berlangsung saat ini, sains bisa memberikan argumen yang tepat. Bahwasanya Burak, kendaraan yang membawa nabi Isra dan Mi'raj, bisa saja memiliki kecepatan cahaya 3x10 m/s (meskipun sampai saat ini belum ada kendaraan dengan kecepatan cahaya).
Abu Jahal puas dengan kebingungan kaum muslimin. Namun, belum lengkap kepuasannya itu jika Abu Bakar, tokoh sahabat yang paling disegani diantara kaum muslimin, belum ia temuai. Abu Jahal ingin mengetahui reaksi Abu bakar. Harapannya jika Abu Bakar mengingkari peristiwa Isra Mi'raj, maka seluruh kaum muslimin akan mudah ia palingkan dari keimanan.
Maka dicarilah Abu Bakar. Abu Bakar sedang berada di kebunnya yang lebat. Ia tidak mendengar kegaduhan. Orang -orang mengira Abu Bakar menghindar dari masa yang penasaran. Setelah sekian kali dipanggil akhirnya Abu Bakar keluar.
"Wahai Abu bakar, apa pendapatmu tentang apa yang disampaikan oleh Sahabatmu?"
"apa yang diucapkan Rasulullah?" tanya Sahabat yang bernama asli Abdul Uzza itu.
Lalu Abu Jahal menjelaskan detai apa yang Rasul sampaikan. Raut puas terpancar dari wajah Abu Jahal. Dalam hatinya ia meyakini, ini adalah akhir dari dakwah Muhammad SAW.
"Muhammad pasti akan ditinggalkan. Tanpa harus ada pengusiran dan pertumpahan darah". Begitulah mungkin kira-kira harapan besarnya.
Namun, Jawaban Abu Bakar sangat jauh dari harapannya.
Dengan tenang Abu Bakar menjawab.
"Jika benar itu adalah kata-kata Rasulullah, maka aku akan membenarkannya, karena beliau adalah orang yang jujur".
Orang -orang merasa takjub dengan jawaban Abu Bakar. Tak sedikit pun ada rona kesangsian dalam wajahnya terhadap peristiwa diluar nalar tersebut. Kalimat sederhana itu menyadarkan ingatan kolektif mereka. Â Muhammad adalah orang yang paling jujur, bahkan mereka memberikannya gelar Al Amin.