Mohon tunggu...
Taopik Fatturrohman
Taopik Fatturrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Yatim Piatu Hingga Sukses di Pabrik

9 Januari 2024   17:18 Diperbarui: 9 Januari 2024   17:26 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak kecil, Rudi (nama samaran) sudah merasakan pahitnya hidup sebagai anak yatim piatu. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih berusia 5 tahun, sedangkan ibunya mengikuti beberapa tahun kemudian. Rudi pun harus tinggal bersama neneknya yang lumpuh di sebuah gubuk reyot di pinggiran kota Rancaekek, Jawa Barat.

Rudi tidak pernah menyerah dengan nasibnya. Ia selalu berusaha untuk belajar dan bekerja keras. Setiap hari, ia bangun pagi-pagi untuk membantu neneknya berjualan kue di pasar. Setelah itu, ia bersekolah di SD negeri terdekat. Ia tidak malu dengan seragamnya yang lusuh dan sepatunya yang bolong. Ia selalu mengikuti pelajaran dengan tekun dan rajin mengerjakan PR.

Rudi juga tidak pernah mengeluh dengan kondisi rumahnya yang sempit dan tidak layak huni. Ia selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Ia selalu menjaga kebersihan rumah dan merawat neneknya dengan penuh kasih sayang. Ia juga tidak pernah mengganggu tetangganya yang lebih berada. Ia selalu sopan dan ramah dengan siapa saja.

Rudi bercita-cita menjadi seorang insinyur. Ia sangat tertarik dengan ilmu teknik dan mesin. Ia sering membaca buku-buku tentang hal itu di perpustakaan sekolah. Ia juga sering bermain dengan barang-barang bekas dan mencoba membuat sesuatu yang berguna. Ia pernah membuat lampu dari botol plastik, kipas angin dari kardus, dan radio dari kaleng bekas.

Rudi sangat beruntung karena mendapatkan beasiswa dari salah satu yayasan sosial yang peduli dengan anak-anak yatim piatu. Dengan beasiswa itu, ia bisa melanjutkan pendidikannya ke SMP dan SMA. Ia selalu mendapatkan nilai yang bagus dan menjadi juara kelas. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka, PMR, dan rohis.

Setelah lulus SMA, Rudi mendapatkan kesempatan untuk bekerja di salah satu pabrik besar di kawasan industri Rancaekek. Ia diterima sebagai operator mesin produksi. Ia sangat senang dengan pekerjaannya itu. Ia bisa belajar banyak hal tentang teknik dan mesin. Ia juga bisa menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan neneknya.

Rudi tidak lupa dengan asal-usulnya. Ia selalu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk bersedekah dan membantu anak-anak yatim piatu yang lain. Ia juga sering mengunjungi panti asuhan dan memberikan bantuan berupa sembako, pakaian, dan buku. 

Ia juga sering memberikan motivasi dan inspirasi kepada mereka.
Rudi adalah salah satu contoh anak yatim piatu yang berhasil mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Ia membuktikan bahwa dengan tekad, usaha, dan doa, tidak ada yang tidak mungkin. Ia juga membuktikan bahwa menjadi anak yatim piatu bukanlah halangan untuk meraih cita-cita. Ia adalah inspirasi bagi kita semua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun