Mohon tunggu...
Taofik Wildan
Taofik Wildan Mohon Tunggu... Buruh - Saya adalah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Wildan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mampukah Bulog Impor Bawang Putih?

3 Mei 2019   00:01 Diperbarui: 3 Mei 2019   00:38 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) sepertinya sangat ngotot dengan urusan impor bawang putih. Bahkan pimpinan perusahaan pelat merah itu, Budi -Buwas- Waseso, menuding ada pejabat tinggi di pemerintahan yang menghalangi niat impor bawang putih mereka.

Sikap demikian, tentu mencurigakan. Karena sebenarnya, Bulog adalah BUMN yang ditugasi untuk menjamin ketersediaan dan stabilitas barang komoditas pokok. Seperti beras atau gula. Sedangkan bawang putih, tidak termasuk dalam daftar barang kebutuhan pokok. 

Selain itu, keinginan Bulog mengimpor bawang putih juga menyisakan masalah. Karena perusahaan itu tidak terkena konsekuensi menanam 5% dari kuota impor seperti yang sudah diatur dalam peraturan menteri pertanian (Permentan) nomor 38 tahun 2017. Padahal keberadaan Permentan itu dimaksudkan agar produksi bawang putih kita di dalam negeri bisa bertambah. Karena sejauh ini, Indonesia masih harus mengimpor sekitar 95% dari kebutuhan bawang putih kita.

Percakapan presiden (meme olah pribadi)
Percakapan presiden (meme olah pribadi)
Andai Bulog tidak dikenakan kewajiban menanam 5%, otomatis harga jual bawang putih mereka akan lebih rendah ketimbang pelaku impor yang lain. Karena tidak ada biaya tambahan yang mereka pikul. Efek berikutnya adalah, akan tercipta level permainan yang tidak sama antara Bulog dengan importir lain yang sudah menjalankan kewajibannya. (Media Indonesia)

Terlepas dari berbagai faktor tadi, ternyata masih ada potensi kekurangan dalam rencana impor bawang putih oleh Bulog. 

Misalnya, Bulog tidak punya pengalaman untuk mengimpor bawang putih. Sehingga timbul kemungkinan Bulog malah akan mensubkontrakkan tugas impornya pada importir lain. 

Kengototan Bulog untuk bisa memperoleh izin impor komoditas ini justru menunjukkan kentalnya nuansa politis yang hendak diusung oleh perum tersebut. Pasalnya, selama ini Bulog tidak pernah akrab dalam hal mengimpor bawang putih. Oleh karena itu, harusnya rencana impor ini akan menjadi beban tersendiri yang baiknya dihindari. 

Lagi pula, kalaupun izin diberikan, belum tentu Bulog memiliki cukup dana dan kapasitas untuk bisa melakukan impor. Bisa saja akan ada pihak lain yang "menggantikan" Bulog melakukan tugas yang didapatnya. Justru jangan-jangan, pihak tersebut itu pulalah yang membuat Bulog ngotot memperoleh izin impor bawang putih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun