Mohon tunggu...
Taofik Hidayat
Taofik Hidayat Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dampak Kemarau Panjang pada Pertanian

6 November 2018   15:44 Diperbarui: 6 November 2018   16:08 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kemarau. Sumber: thayyiba.com

Bulan November ini harusnya sudah mulai hujan dimana-mana. Tapi belakangan, cuaca sangat terik. Bahkan sudah beberpa minggu ini tidak turun hujan. Oleh karena itu, agak sulit percaya pada omongan siapapun yang mengatakan cuaca tahun ini normal. Termasuk omongan pejabat tinggi selevel Menteri Pertanian.

Bagi orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada cuaca, misalnya Petani, kemarau panjang seperti sekarang ini adalah ancaman. 

Kalau tidak percaya, silakan cek berita-berita di daerah. Banyak tempat seperti Blitar, Situbondo, Bondowoso, hingga Bangli dilanda kekeringaN parah. Jangankan padi, rumput liar pun ogah tumbuh di cuaca sepanas ini. Akibatnya, peternak sapi SitubOndo harus menggembala hingga jauh ke tengah hutan demi mendapat ruMput untuk sapinya.

Saking keringnya, terjadi juga perkelahian antar petani memperebutkan irigasi. Akibatnya, seorang petani di Gowa, Sulawesi Selatan, harus kehilangan nyawanya. Berita itu sempat muncul Awal Oktober lalu.

Dalam kondisi ini, dibutuhkan kehadiran pemerintah yang peduli dengan penderitaan petani. Dibutuhkan Menteri Pertanian yang tidak sekadar pencitraan. Tapi juga Menteri Pertanian yang hadir di daerah-daerah sulit. Memberi solusi, jangka pendek maupun jangka panjang.

Menteri PertaniAn Amran Sulaiman bisa mendatangkan pompa air atau membuatkan sumur pantek untuk menjadi sumber air. Atau secara jangka panjang, Mentan bisa menyiapkan infrastruktur pengairan. Jangan sungkan minta bantuan, atau mengakui kesalahan. Jangan memberi harapan palsu dengan mengatakan kemarau tahun ini tidak akan berdampak signifikan.

Jangan juga malah membohongi publik dengan menyajikan data produksi pangan yang salah, sampai harus dikoreksi oleh Badan Pusat Statistik. 

Tanpa harus menjadi ahli, semua orang juga tahu, produksi pertanian pasti akan berkurang bila kita dihantam kemarau berkepanjangan. Meski ada juga ahli dari Institute for Development, Economy, and Finance (INDEF) yang sudah mengingatkan bahwa musim kemarau panjang yang tengah melanda Indonesia pada tahun ini berpotensi menyebabkan risiko gagal panen.

Karena, kemarau panjang telah membuat paceklik di banyak tempat di Pulau Jawa. Padahal, salah satu pulau utama di Indonesia menyumbang sekitar 60 persen dari total luas lahan pertanian di Indonesia.

Kalau begini, kita bisa menilai, siapa yang jujur dan siapa yang bohong tentang ancaman paceklik.

Sumber berita

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun