Bila kita kemarin berbicara mengenai ribuan hektare (ha) sawah yang kebanjiran, kali ini kita akan membahas ribuan hektare sawah yang kekeringan sampai masa tanamnya jadi terlambat.
Beberapa hari lalu, kita memang disuguhkan dengan pemberitaan mengenai sawah-sawah terendam banjir. Akibatnya, tanaman padi yang baru berusia muda berpotensi puso alias gagal panen.
Kali ini, kondisinya bertolak belakang. Sawah-sawah di beberapa daerah di Indonesia ini tidak kebanjiran atau kelebihan air. Sebaliknya, mereka malah kekeringan.
Contohnya adalah sebagian persawahan yang mengering hingga mengakibatkan tanaman padi gagal panen di Desa Banjar Ganjang, Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara. Sumber
Menurut pengakuan warga, kekeringan tersebut terjadi karena menyusutnya mata air di sekitar desa itu dan juga tidak turunnya hujan dalam kurun waktu satu bulan. Akibatnya, tanaman petani di sawah-sawah terancam mati.
Nasib buruk itu diperkirakan menimpa puluhan hektare tanaman padi di Desa Banjar ganjang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Tobasa.
Kekeringan yang terjadi di wilayah itu sendiri, diprediksi akan terjadi hingga April mendatang. Bila biasanya di bulan Februari hingga April diprediksi musim hujan, tapi sejak pertengahan Januari, setelah masa tanam, tidak ada hujan.
Kondisi defisit air yang hampir sama, terjadi juga di Purwakarta, Jawa Barat. Menurut Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, masih ada 3.000 hektare sawah yang hingga saat ini terlambat tanam. Keterlambatan itu, akibat pasokan airnya belum terpenuhi. Termasuk, curah hujan yang turun di wilayah ini belum maksimal.
Mundurnya masa tanam itu membuat target panen di musim rendeng (Oktober 2018 sampai Maret 2019) ikutan mundur. Karena pada awalnya, dinas pertanian setempat menargetkan penanaman padi di lahan seluas 24 ribu hektare. Tapi sampai saat ini yang sudah tanam baru 89 persen. Asumsinya, masih ada sekitar 3.000 hektare lahan lagi yang belum tanam.
Keterlambatan tanam yang paling mencolok terjadi pada November 2018 lalu. Seharusnya, selama sebulan itu yang tanam mencapai 7.000 hektare. Namun, realisasinya hanya 5.100 hektare. Sumber
Itulah wajah pertanian kita yang sangat bergantung pada cuaca. Seolah tidak ada antisipasinya bila tiba-tiba terjadi perubahan. Di kala hujan banyak, sawah kebanjiran. Di saat hujan sedikit, sawah kekeringan.