Mohon tunggu...
Taofik Banta
Taofik Banta Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pemanfaatan Kartu Tani yang Perlu Dioptimalkan

14 Maret 2019   21:16 Diperbarui: 14 Maret 2019   21:24 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu tani (foto: Tribun Jateng/Mamdukh Adi Priyanto)

Di era pemerintahan Jokowi-JK, kedaulatan dan ketahanan pangan menjadi salah satu fokus agenda. Oleh karena itu, para menteri yang mendukung di bidang pangan dan bersinggungan langsung harus mampu menerjemahkan dalam kebijakan pro rakyat. Apa yang dibutuhkan masyarakat, itulah yang menjadi program pemerintah.

Dalam konteks agenda ketahanan pangan itu sendiri, pemerintah punya program bernama Kartu Tani yang merupakan sarana akses layanan perbankan terintegrasi yang berfungsi sebagai simpanan, transaksi, penyaluran pinjaman hingga kartu subsidi (e-wallet). Menurut data dari Kementerian Pertanian (Kementan) keunggulan dari Kartu Tani ini antara lain single entry data, proses validasi berjenjang secara online, transparan, multifungsi.  

Ketersediaan data yang lengkap dan akurat dalam Kartu Tani digunakan untuk yang pertama sebagai dasar penyusunan kebijakan bagi Kementerian Pertanian. Kedua, transparansi penyaluran dana subsidi melalui sistem perbankan bagi Kementerian Keuangan. Ketiga, data kebutuhan pupuk secara akurat sampai tingkat pengecer bagi Pupuk Indonesia. Keempat, bagi Bulog dapat memproyeksikan potensi panen di suatu daerah melalui data pupuk subsidi yang disalurkan, sehingga dapat segera menyerap hasil panennya, menerima dana secara utuh dan membeli pupuk subsidi sesuai kuota yang diberikan bagi petani. Sedangkan keunggulan kelima, bagi dinas pertanian dapat mengetahui produktivitas lahan suatu daerah. 

Ada sedemikian banyak manfaat dan sisi positif dari Kartu Tani, yang bila programnya berjalan dengan baik, maka sektor pertanian dan petani kita bisa memperoleh faedahnya. Namun kenyataannya, di tingkat pelaksanaan masih saja ada yang belum optimal. Atau bahkan Kartu Tani jadi program yang mubazir karena tidak dimanfaatkan oleh petani itu sendiri. 

Indikasi adanya pemanfaatan Kartu Tani yang tidak optimal itu ditemukan di Pekalongan, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Ketika Tim Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten Pekalongan melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) peredaran pupuk bersubsidi di Kios pengecer Pasar Karanganyar dan Wonopringgo. Dari Sidak tersebut, ditemukan bahwa masih banyak petani yang membeli dengan menggunakan uang tunai, sedangkan kartu tani mubazir karena jarang digunakan.

Radar Pekalongan

Selain itu, dari hasil pemeriksaan kondisi pupuk bersubsidi untuk stok masih aman sedangkan harga seduai dengan aturan yang berlaku.

Usut punya usut, rupanya kebanyakan saldo kartu tani masih banyak yang kosong di saat akan membeli pupuk. Untuk itu pedagang tetap bisa melayani namun harus sesuai RDKK ( Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Saat ditanya para petani mengaku kurang tahu dalam mengisi Saldo di Kartu Tani.

Walhasil program yang baik dan dianggap sangat bermanfaat seperti Kartu Tani itu, ternyata masih belum terlalu berfungsi di level pelaksanaan. Hal ini ditengarai terjadi karena minimnya informasi yang diterima petani. Mereka punya sesuatu namun tidak tahu cara menggunakan dan memanfaatkannya. Di sinilah sebenarnya peran penting dari Kementan sebagai leading agent dalam hal peningkatan produksi pangan dan peningkatan kesejahteraan petani. Butuh ada pendampingan yang intensif kepada petani agar mereka bisa memanfaatkan Kartu Tani seoptimal mungkin. Sehingga berbagai manfaat positif dari Kartu Tani, benar-benar bisa dinikmati oleh Petani. Dan akhirnya, Kartu Tani bisa menjadi era baru untuk menyejahterakan petani Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun