Mohon tunggu...
Tan Yessika
Tan Yessika Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gemuruh Penegakan Hak Asasi Manusia Hanya Sebatas Formalitas

6 Mei 2016   15:23 Diperbarui: 6 Mei 2016   15:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belakangan ini media massa gempar menyebarluaskan perihal tindak pelecehan seksual diberbagai daerah diIndonesia. Rata-rata korban dari pelecehan seksual tersebut adalah kaum hawa yang masih berada dibawah umur dan menempuh pendidikan dibangku sekolah. Pelecehan seksual merupakan salah satu tindak pelanggaran hak asasi manusia, dimana tindakan ini mengakibatkan korbannya menjadi kehilangan kehormatannya dan tidak jarang nyawanya pun juga ikut terenggut.

Hampir setiap pihak yang mendengar kabar itu prihatin terhadap apa yang menimpa korban, namun sebagian lagi justru menyalahkan korban. Ada yang mengatakan bahwa seharusnya si korban mengenakan pakaian yang sopan dan tertutup sehingga tidak memancing gairah pelaku seksual untuk memaksa korban memuaskan hawa nafsunya. Namun sebetulnya pendapat sedemikian adalah suatu pendapat yang tidak bisa dibenarkan, apabila seseorang telah berpondasika akhlak dan budi yang baik maka sudah seharusnya ia dapat menahan hawa nafsunya tersebut. Lagipula kasus pelecehan seksual yang terjadi belakangan ini setelah diselidiki ternyata sebagian besar korbannya tidak mengenakan pakaian yang memperlihat auratnya, melainkan justru mengenakan pakaian yang rapi dan tertutup, bahkan seragam sekolah.

Namun lagi-lagi tindakan orang-orang tidak bertanggung jawab yang tidak bisa mengontrol hawa nafsunya, menyebabkan korban-korban yang tidak bersalah itu menjadi kehilangan harga dirinya. Bagaimana bisa Indonesia yang dulunya disebut-sebut sebagai negara berbudaya dan menjunjung tinggi moral sekarang menjadi negara yang dipenuhi oleh iblis-iblis bertopengkan manusia keji itu ? Rentetan keprihatinan dan air mata telah menjadi atmosfer bagi khalayak yang mengetahui berita tersebut, namun tidak banyak yang melakukan tindakan nyata. Mereka hanya diam, berargumen dengan batin mereka masing-masing, menceritakan kisah pilu kepada individu lain yang mereka temui.

Apakah aksi diam dari mereka itu dapat mengubah kenyataan yang terjadi bahwa kasus pelecehan seksual semakin merajalela ? Dan apakah aksi diam itu dapat mengurangi probabilitas terjadinya pelecehan seksual ? Tidak. Diam tidak menyelesaikan masalah, kita perlu orang-orang yang berani untuk bertindak langsung, yang berani mengungkapkan aspirasi mereka, baik melalui media sosial maupun media cetak. Jangan sampai apa yang disebarluaskan oleh media massa mengenai pelanggaran HAM ini lama kelamaan hanya sebatas menjadi formalitas belaka, hanya untuk menginformasikan kepada khalayak tentang suatu insiden tanpa memberikan hasil dan jalan keluar dari permasalahan.

Ini tentang kiprah nyata, bukan aksi diam dan formalitas semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun