Mohon tunggu...
piye tho
piye tho Mohon Tunggu... -

just an amateur...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Darimana datangnya Cebong dan Kampret ?

6 April 2019   08:45 Diperbarui: 6 April 2019   12:47 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Classification, bicara soal kategori.  "Mengkotak-kotak an" manusia kepada golongan - efeknya memperbesar rasa perbedaan. Kalau persatuan dan kesatuan itu membuat manusia menemukan persamaan , pengkotak2an jadi kebalikannya.  Alhasil merasa makin berbeda.

Polarisasi adalah meng"kutub"kan kepentingan dan golongan. Bukan saja dikutubkan tapi di "adu" - eksisnya B, adalah punahnya A, demikian sebaliknya.

"De-humanisasi" , merendahkan manusia , misalnya seperti binatang. Dengan "labelisasi" itu , manusia diusahakan supaya tidak dianggap..sehingga misalnya pendapatnya tidak usah didengar. 

Sejak PILKADA , menjelang PILPRES , ruang publik jadi pengap. Rakyat yang tadinya bersaudara, sekarang jadi tegang. Tadinya damai, koq dibuat seperti perang. Tadinya memanggil saudara, sekarang koq jadi mengkampretkan dan mencebongkan sesama. 

Kepahitan - "Resentment" - muncul dari "perasaan" dizholimi. Salah-salah jadi dendam. Semoga tidak kesumat, selesai pilpres baik-an lagi - tapi masak iyah akar rumput diajak saling pahit.

Tapi itulah rusaknya dan jahatnya politik yg memakai kebencian sebagai alat. Pengap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun