Â
Perjalanan Panjang  Paroki St.Fransiskus Assisi, Dari 1 KUB Sampai Menjadi Satu Paroki
Langkah pertama perjalanan paroki St.Fransiskus Assisi menjadi sebuah paroki defenitif, Â tidak terlepas dari kehadiran PT Lopo Indah Permai memulai proyek pembangunan perumahan di bilangan Kolhua Kupang. Seperti di ketahui bahwa PT Lopo Indah Permai merupakan perusahaan pengembang perumahan pertama di Kota Kupang.
Kehadiran PT Lopo Indah Permai  di Kolhua 20-an  tahun silam itu mengubah Kolhua yang saat itu masih hutan menjadi sebuah pemukiman padat penduduk.
Warga Kota Kupang dan sekitarnya ingin memiliki rumah tinggal di perumahan Lopo Indah permai itu. Ternyata keluarga-keluarga Katolik juga  banyak yang memiliki hunian layak huni di kawasan perumahan itu, yang belakangan lebih familyer dengan sebutan BTN Kolhua.
Kolhua saat itu menjadi bagian dari paroki Sta.Familia Sikumana-Kota Kupang. Mengingat jumlah keluarga Katolik lumayan banyak lahir satu KUB di Kolhua dengan nama KUB Sta.Fransiskus Assisi. Tahun demi tahun penambahan jumlah keluarga Katolik di perumahan Lopo Indah Permai Kolhua semakin bertambah dan kabar di tahun 1990 KUB St.Fransikus Assisi di mekarkan dan lahirlah KUB Sta.Clara.
Pertumbuhan umat di perumahan Lopo Indah Permai Kolhua semakin pesat, KUB barupun mulai bermekaran. Maka munculah ide pembentukan Stasi BTN Kolhua yang diawali dengan pembentukan panitia pembangunan kapela BTN Kolhua tahun 1993 yang ditandatangani oleh pastor paroki Sta.Familia Sikumana waktu itu RD Emanuel Bere Damian atau biasa di sapa pastor Ebed (alm).
Bpk.Edy Lamanepa (alm) menakodai pembangunan kapela sebagai ketua.panitia. Waktu semakin berjalan, pembukaan blok baru perumahan semakin bertambah, umat Katolikpun bagaikan air mengalir dan terus mengalir ke perumahan BTN Kolhua Kupang. KUB yang dulu hanya satu kini bertambah banyak.
Tahun 2012 langkah pasti menuju paroki devenitif, langkah pasti itu adalah di masa pelayanan RD.Agustinus Parera (Alm) menugaskan RD. Simon Tamelab menjadi pastor kapela Sta.Fransiskus Assisi BTN -- Kolhua dan sekaligus memulai pembangunan Gereja yang mampu menampung umat lebih banyak.
Romo Simon demikian sapaan akrapnya bersama umat mulai proyek besar itu, jatuh bangun, kerikil kerikil nan tajam mengiringi perjalanan rumah Tuhan itu. Namun puji Tuhan rencana baik dan mulia pasti di restui oleh Sang Pemberi Hidup. Gereja nan megah yang berdiri kokoh di atas bukit Kolhua permai akhirnya selesai.