Nyawa Maria Mei Selesai Di Tangan Albert Solo Suaminya Sendiri !
( Sebuah Refleksi Bagi Suami Istri & Yang Baru Belajar Menjadi Suami -- Istri)
Tujuan perkawinan Kristiani adalah terwujudnya kesejahteraan suami-isteri, kelahiran anak dan pendidikan anak. Sedangkan menurut Undang--Undang RI Â Nomor 1 Tahun 1974, tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Dalam perkawinan cinta menjadi modal dasar membangun keluarga yang harmonis dan bahagia. Cinta menjadikan dua pribadi yang berbeda itu menjadi satu, saling melengkapi dan menyempurnakan.
Perkawinan bukan menyatukan dua pribadi tanpa cacat, perkawinan bukan menyatukan dua pribadi tanpa kekurangan, justru karena kekurangan itulah dua pribadi bersatu untuk saling melengkapi dan menyempurnakan.
Untaian kata-kata di atas rupanya tidak seiring dengan kisah kusut perjalanan keluarga Albert Solo, sang polisi pamong praja di Provinsi NTT dengan istrinya Maria Mei yang juga sebagai abdi negara di Dinas Kepudaan dan Olahraga NTT.
Siapa pernah menduga kalau nyawa perempuan asli kota Pancasila itu harus berakhir tragis di tangan orang yang dulunya sama-sama saling mencintai Albert Solo. Ya ! Albert Solo sang pemuda pujaan hatinya dulu, dengan kejam dan tanpa ampun menghabisi nyawa orang yang mestinya disayangi, dilindungi, namun miras menambah energi baginya untuk mencabut tanpa ampun nyawa orang yang telah memberinya anak.
Sabtu malam, 10 Agustus 2024 akhir dari ziarah hidup Maria Mei dan sekali akhir perjalanan hidup Maria Mei sungguh tragis, karena menurut kabar yang beredar dua hari belakangan ini di Kota Karang Maria Mei tewas di tangan suaminya sendiri.
Sekedar untuk diketahui bahwa dugaan tewasnya Maria Mei oleh suaminya sendiri pada Sabtu, malam 10 Agustus 2024 yang beralamat di Kelurahan Naimata, Kecamatan Maulafa Kota Kupang, Maria Mei sempat dirawat intensif di Rumah Sakit Leona sejak Sabtu malam. Namun, pada Senin, 12 Agustus 2024, Maria Mei menghembuskan nafas terakhirnya. Dari informasi yang beredar bahwa Albert Solo, suami Maria Mei temperamen dan sering menganianya istrinya itu.
Pertanyaannya, kalau sering menganianya mengapa ia harus tetap bertahan, lalu mengapa saat suaminya pulang dalam keadaan mabok dan hendak memukulnya ia tidak tidak meninggalkan manusia temperamen si tukang mabuk itu mencari perlindungan ?
Jangan paksakan diri mencintai orang yang tidak mencintai kita, cinta sejati terukir ketika pasangan tidak berdaya, namun Albert Solo tidak berdaya karena sakit tetapi karena alkohol. Jadi stop mencintai orang yang suka dengan kekerasaan, lebih baik sendiri dari bersama namun tidak bahagia.