Atoen meto julukan untuk orang dawan. Meto berarti kering sedangkan Atone(Atoen) berarti orang (laki-laki), dalam artian tertentu atone berarti manusia secara umum (laki-laki dan perempuan).  Atoen meto,suku bangsa yang  mendiami pulau Timor, khususnya Timor Barat (Enklave Oecusse), TTU, TTS, Sebagian Kabupaten Malaka, Kabupaten Kupang dan sebagian Kota Kupang.
Dari sepenggal ulasan diatas atone meto dipahami sebagai kelompok orang (suku) yang mendiami daerah kering. Julukan ini benar, karena pulau Timor daerah yang berbukit-bukit dan kering. Pendeknya musim penghujan di tanah Timor membuat pulau Timor ini hanya hijau di musim penghujan( November -- April) dan musim panas / kemarau ( Juni -- Oktober).
Atoen meto menganut sistem perkawinan patriarki dimana struktur penempatan laki-laki sebagai pemegang peran utama yang sentral. Dalam berbagai urusan adat perempuan pada prinsipnya diharapkan untuk mengurus makan-minum sedangkan kaum Atone (laki-laki) duduk di depan untuk urusan omong-omong. Biasanya seusai menikah seorang perempuan akan mengikuti suaminya dan secara adat sang perempuan menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya. Biasanya seorang perempuan Atoen pah meto setelah urusan belis selesai akan menjalankan satu upacara penerimaan dalam rumah adat sang suami (Tatam bifel).
Atoen meto yang memiliki Jumlah populasi mencapai 600.000 jiwa ini, sangat menghargai yang tua, tamu dan penghormatan terhadap martabat manusia.Atoen meto memilki rumah adat (Uem Le,u/Ume naek), Ume naek inilah yang menjadi simbol pemersatu suku (atone meto). Ada suku yang menjadwalkan perbaikan rumah adatnya tiap 5 tahun sekali, pada moment ini semua laki-laki yang sudah berkeluarga dalam suka wajib mempersembahkan kurban kepada para leluhur (ume naek) berupa babi, kerbau atau sapi. Acara selama hari-hari perayaan ini, adalah menari gong, bonet dan paling utama adalah memperkuat tali persaudaraan (silaturahmi) antar sesama suku.
Atoen meto terkenal ulet, keringnya daerahnya tidak menyudutkan niat mereka menjadikan lahan kering itu tanah yang subur bagi berbagai tanaman umur pendek dan umur panjang.
Atoen meto menjadikan penpasu (jagung ketemek), umbi umbian, pisang rebus menjadi makanan istimewa. Ketika Atoen meto berkumpul sangat diharapkan disediakan penpasu, laku dan uik hana. Ketika ada hajatan dan dihidangkan penpasu atau makliot dan mak ane (nasi), Atoen meto akan lebih memilih penpasu.
Kupang, 1 Juni 2024
Kayetanus Korbaffo