Mohon tunggu...
Tanus Korbaffo
Tanus Korbaffo Mohon Tunggu... Guru - guru

saya adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu Pertiwi Menangis!

22 Maret 2024   20:04 Diperbarui: 22 Maret 2024   20:07 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu Pertiwi Menangis !

Di keheningan malam tak berbintang, sang wanita tua itu bersandar di sebuah pohon palem dengan linangan air mata, ia meratapi nasibnya yang tak menentu. Tangisannya itu didengar oleh sekelompok jangkrik yang bersembunyi dibalik dedaunan kering. Sontak jangkrik-jangkrik itu seolah dikomando ikut menangis.

Kepedihan ibu pertiwi itupun turut dirasakan oleh sang bulan yang malam itu enggan menampakan wujudnya. Sang bulan sejenak menampakan wujudnya dan menghilang dengan datangnya segumpalan awan hitam nan pekat.

Ibu pertiwa menangis dan suaranya tangisannya bukan saja didengar oleh jangkrik dan bulan, namun kini alam semesta ikut merasakan kepedihan ibu pertiwa ini. Tangisan sang rumput, tangisan sang awan dan tangisan debu jalanan menambah kepedihan ibu pertiwi malam itu. Pohon palem yang menjadi sandaran ibu pertiwi larut dalam kepedihan mengikuti irama air mata ibu pertiwi. Tangisan ibu pertiwi semakin keras mengingat sakitnya saat melahirkan.

Peristiwa kelabu, Minggu, 21 Maret 2021 di Makasar menambah derasnya air mata ibu pertiwi malam itu. Ibu pertiwi nampaknya sangat sedih menyaksikan keganasan anak negeri meluluhlantakan keheningan sesamanya yang sedang khusut mengasah iman. Ibu pertiwi sangat terpukul, mengapa ada anak negeri yang sama sekali tidak menghargainya sebagai ibu yang lewat Rahim sucinya lahirlah mereka.

Ibu pertiwi menangis mengingat sakitnya saat melahirkan. Dalam tangisannya itu, ibu pertiwi bertanya, mungkinkah semua harus masuk kembali ke rahimnya untuk kembali dikandung badan sehingga dilahirkan lagi menjadi manusia baru? Tanya ibu pertiwi pada dinginnya malam, tanya ibu pertiwi pada embun malam, namun semua diam membisu. 

Menyadari pertanyaannya tidak direspon, ibu pertiwi akhirnya mencoba menghibur diri, seraya berguman " mereka sudah besar, aku melahirkan badannya tapi tidak melahirkan hatinya", semoga hati hati yang ingin menyakiti hati hati yang lain cepat insaf bahwa mereka semua dari satu Rahim, yaitu rahim pertiwi.

Bello, 31 Maret 2021

Kayetanus Kolo

(Ketua Ikatan Ketekis Paroki Assisi Kolhua / Ika)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun