[caption id="attachment_105652" align="alignleft" width="181" caption="Ilustrasi dari Flickr.com"][/caption]
Sebuah buku dikatakan menginspirasi ketika pemikiran yang ada didalamnya tak hanya berhenti di halaman terakhir atau di pojok rak buku, tetapi terjadi suatu perubahan ke arah perbaikan dalam diri pembacanya, walau kecil sekalipun. James Russel Lowel seorang sastrawan Amerika dari abad 19 berpendapat bahwa buku itu seperti seekor lebah yang membawa serbuk sari dari pemikiran seseorang ke orang lain. Sedangkan menurut Franz Kafka sastrawan dari Jerman, buku sepatutnya menjadi kapak es untuk memecahkan lautan beku di dalam jiwa.
Principia Mathematica karya Isaac Newton yang memuat diantaranya Hukum Gravitasi Newton yang kita kenal sekarang, dan Experimental Researcher in Electricity karya Michael Faraday adalah dua dari duabelas buku yang dianggap telah mengubah dunia. Keduanya merupakan contoh bagaimana ‘kekuatan’ sebuah pemikiran di dalam buku dapat mengubah sesuatu, bahkan dapat membawa dunia ke arah yang lebih baik.
JK. Rowling penulis kisah terkenal Harry Potter mengaku terinspirasi oleh sebuah buku yang merupakan bacaan favoritnya semasa kecil, The Little White Horse karya Elizabeth Goudge (1946). Buku tersebut berkisah tentang dunia sihir dan makhluk-makhluk ajaib. Rowling yakin buku inilah yang turut mempengaruhi tulisan-tulisannya kini. Bahkan sastrawan sekelas Ernest Hemingway pun ternyata juga terinspirasi oleh sebuah buku, yaitu karya Mark Twain yang berjudul Huckleberry Finn.
Sang proklamator Bung Karno, terkenal sebagai seorang seorang kutu buku yang melahap habis buku-buku termasuk yang berbahasa Belanda. Declaration of Independence (Thomas Jefferson) adalah salah satu buku yang dibacanya selain buku-buku dari tokoh dunia lainnya. Buku-buku tersebutlah yang turut mempengaruhi pemikiran dan kajian tokoh cemerlang ini. Dari Sukarno as Retold to Cindy Adams ternyata beliau selalu membawa buku-bukunya turut serta dalam masa pengasingan. Pantaslah selama periode itu ide dan semangatnya tetap terasah baik.
Pemikiran Tan Malaka yang dituangkan dalam buku-bukunya termasuk yang menginspirasi Bung Karno.Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) karya Tan Malaka telah ada jauh sebelum gagasan Indonesia merdeka. Bukan hanya Bung Karno yang terinspirasitetapi juga tokoh-tokoh pergerakan lainnya termasuk Syahrir, WR. Supratman dan lain-lain. Konon WR. Supratman memasukkan kata ‘Indonesia Tumpah Darahku’ pada lagu Indonesia Raya setelah membaca tulisan Tan Malaka lainnya yaitu Massa Actie atau Aksi Masa (1926).
Diantara beberapa buku yang memukau, buku nonfiksi yang paling menginspirasi saya adalah karya Stephen R. Covey, First Things First. Buku terbitan Gramedia ini adalah buku kedua Covey yang saya baca. Dalam First Things First, Covey mengajak kita berpikir bahwa ‘kompas’ lebih penting daripada ‘arloji’. Maksudnya arah yang kita tuju lebih penting daripada seberapa cepat kita bergegas. Sadarkah kita bahwa hal-hal yang penting kadangkala terkalahkan oleh sesuatu yang mendesak, tetapi sebenarnya tidak begitu penting?
Simak petikkannya, keluargaku amat penting bagiku demikian juga pekerjaanku. Aku hidup dengan konflik terus-menerus berusaha main akrobat untuk memenuhi kedua tuntutan itu. Mungkinkah menjadi sungguh berhasil – dan bahagia – di kantor dan di rumah (hal.5).
Apa-apa yang penting bagiku tersapu habis oleh gelombang hal-hal yang penting bagi orang lain. Bagaimana aku dapat menerjemahkan apa yang sungguh penting dalam hidupku sehari-hari? (hal.6)
Mendahulukan yang utama, memang membutuhkan perjuangan terutama ketika terjadi kesenjangan antara arloji dan kompas – yaitu ketika apa-apa yang kita lakukan ternyata tidak memberi sumbangan pada apa yang paling penting di dalam hidup kita (hal.8)
Kita tidak memiliki pengertian yang mendalam akan apa yang sesungguhnya merupakan hal yang utama. Kita bergerak dari satu kegiatan ke kegiatan lain secara otomatis. Hidup kita begitu mekanis (hal.9)
Paragraf-paragraf awal itulah yang mengajak saya terus menyelami buku tersebut sampai tamat. Setelah itu saya mencoba menelaah beberapa peristiwa yang terjadi di sekitar saya. Saya pun memberanikan diri memilah-milah apa yang paling penting dalam hidup saya, meskipun kemudian pilihan yang saya ambil sekilas terlihat tidak begitu menarik. Singkat kata karena buku itulah saya berani mengambil keputusan meninggalkan dunia kerja kantoran yang selama ini saya geluti dan akhirnya memilih yang lebih penting bagi saya, yaitu anak-anak.
Memalingkan wajah dari rutinitas yang telah berjalan selama dua belas tahun bukanlah hal yang mudah tapi saya tahu apa yang saya lakukan lebih berharga bagi diri saya dan keluarga.Ada kepuasan tersendiri yang tak bisa dinilai dengan materi. Analogi kompas dan arloji-nya Covey tak mau pergi dari benak ini. Banyak sahabat terutama para perempuan cantik wanita karir yang keheranan dengan pilihan yang saya lakukan, kalaulah bisa saya akan bilang ini karena ulah si Covey!! Meskipun demikian saya menghargai pilihan yang berbeda sebagaimana mereka juga menghargai pilihan saya.
Ternyata dengan banyaknya waktu senggang yang saya miliki saya bisa lebih bebas mengembangkan minat dan hobi termasuk menulis. Sesuatu yang selama ini tak sempat saya lakukan. Tanpa terasa saya sudah mencoba saran Covey (hal.8 ) untuk menemukan kekuatan dan bakat yang khas.Tak disangka itu kemudian menjadi salah satu modal untuk pekerjaan paruh waktu yang memungkinkan saya tetap memenuhi kualitas dan kuantitas waktu bersama keluarga.
Tidak hanya buku nonfiksi, karya fiksi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata juga sangat menginspirasi. Tekad,kerja keras dan semangat tokoh-tokoh utama dalam buku itu ‘menghantui’ saya berhari-hari. Dari sanalah saya belajar memandang masalah dari sisi yang berbeda yang membuat saya lebih bisa memaknai hidup.
Terbukti buku dapat menjadi sumber inspirasi dan kekuatan melebihi teman sendiri. Saya pernah dengar sebuah pepatah Cina yang menyebutkan, a book is like a garden carried in the pocket …
Nah, bagaimana dengan anda? Buku apa yang paling menginspirasi?
***
· (Diambil dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H