Mohon tunggu...
Tantri Pranashinta
Tantri Pranashinta Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Hanya orang biasa yang masih terus belajar menyelami kehidupan ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Selamat Hari Guru

24 November 2009   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:12 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Illustrated from http://www.flickr.com/photos/21644167@N04/2699470516/sizes/m/

25 November adalah Hari Guru Nasional. Tahun lalu di tanggal yang sama harian Kompas memuat foto murid-murid SD Benhil yang memberi hadiah kejutan untuk guru-gurunya berupa kue tart dan puisi. Sederhana tapi mengharukan. Bagaimana dengan kita? Sempatkah kita mengingat mereka atau bahkan menyebut mereka dalam sepotong doa? Semoga tidak kita lupakan dengan mudah guru-guru yang pernah hadir dalam kehidupan yang turut andil memberi lekukan pahatan penuh kasih dalam perjalanan hidup ini,

Guru, yang pantas digugu (dijadikan teladan) dan ditiru, karena itu ada pepatah guru kencing berdiri murid kencing berlari. Kita rindukan model guru yang ideal dari jaman dulu dan yang saya percaya masih ada banyak tersisa sampai sekarang. Meski ada perbuatan beberapa ‘oknum' yang merusak citra guru dengan melakukan tindak kekerasan fisik pada muridnya, seperti di http://www.surya.co.id/2009/11/20/di-kudus-guru-lempar-murid-dengan-penghapus-kayu.html juga di sini http://www.republika.co.id/berita/89254/Akibat_Diniaya_Gurunya_Murid_SD_Mengalami_Trauma . Sekali lagi saya menyebut itu sebagai perbuatan oknum. Bukan berarti karena nila setitik kemudian rusak susu sebelanga

Beberapa waktu lalu saya menghadiri acara reuni SD. Acara yang cukup meriah tersebut diadakan di sekolah setelah lebih dari 25 tahun kami tak pernah lagi menginjakkan kaki lagi tempat itu. Ada rasa bangga menyelimuti ketika saya mengenalkan guru-guru yang tidak lagi muda itu kepada putra saya. Rasa haru menyeruak ternyata ada beberapa orang guru yang masih terus mengajar. Heran juga ada ibu guru yang masih ingat waktu saya dikirim sekolah ikut acara cerdas cermat di TVRI. Padahal saya nyaris lupa dengan kenangan masa baheula itu.

Pahlawan tanpa tanda jasa, sebutan yang memang pantas diberikan bagi mereka yang mendedikasikan diri utuh penuh untuk mendidik dan mengajar generasi penerus demi kemajuan bangsa. Tanpa niat untuk selalu dikenang dan disanjung, banyak guru yang mengabdikan diri di pelosok, seperti salah seorang sahabat yang memilih mengajar anak-anak pegawai dan anak-anak buruh perkebunan teh di suatu sekolah di pelosok Ciwidey. Sementara pilihan karir yang lebih menjanjikan sesuai disiplin ilmu bisa diraih jika ia mau. "Kalau melulu uang yang dicari bukan profesi ini yang aku pilih. Kalau aku pergi kasihan anak-anak muridku ..." begitu ucapnya yang sempat membuatku ternganga. Dua ibu jari saya acungkan tinggi-tinggi untukmu sahabat, melihat dedikasi dan usahamu untuk terus menambah ilmu demi sebuah tuntutan profesi dan juga untuk sahabat-sahabat lain yang tidak saya kenal secara pribadi.

Guru-guru yang professional di bidangnya memang dibutuhkan di jaman yang melaju cepat ini supaya anak didik yang dihasilkannya pun mampu menjawab tantangan jaman. Pertanyaannya apakah tuntutan profesionalisme itu sudah sejalan dengan perhatian terhadap kesejahterannya?. Program sertifikasi guru dengan segala kelebihan dan kekuranganya adalah suatu usaha untuk meningkatkan kompetensi guru-guru kita, hanya masalahnya apakah setiap guru mempunyai akses yang sama besar untuk mengikuti program ini.

Selamat hari guru .... Terima kasih dan angkat topi untuk guru-guru di seluruh Indonesia juga untuk guru-guru formal dan non formal yang pernah berjasa menorehkan ilmu dalam diri ini juga untuk almarhum dosen pembimbing saya dulu. Tak lupa untuk kompasianers Pak Guru Wijayakusumah (Oom Jay), Pak Wawansupriadi dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Bagaimana dengan guru kehidupan yang acapkali datang dari kalangan orang sangat-sangat biasa tetapi telah mampu memberikan hikmah yang mencerahkan batin dengan atau tanpa mereka sadari. Patutkah kita ucapkan selamat juga di hari ini dan kemudian mengingat mereka bersama jasa guru kita dalam doa nanti malam?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun