“Dinda, ada sesuatu yang ingin uni sampaikan…”
Kakak sepupunya menghampiri Adinda yang sedang berkutat dengan cempi, laptop kesayangannya.
“Iya ni ada apa?” Adinda mengalihkan pandangannya
“Uni ingin menyampaikan pesan dari Mas Akhmad, dia ingin Dinda tahu sesuatu mengenai dirinya supaya tidak terjadi kesalahpahaman untuk kedepannya” Lia memulai penjelasannya.
Mas Akhmad adalah sahabat sekaligus rekan kerja suami Lia yang belum lama Dinda kenal. Pertemuan itu terjadi yang tanpa disengaja. Ketika itu Dinda ikut silaturahim ke rumah mertua Lia di Yogyakarta.
Tidak berapa lama setelah pertemuan berlangsung, Lia pernah menyampaikan kalau Mas Akhmad menyukai Dinda sejak pertama kali bertemu.
“Uni, kalau Mas Akhmad menyukai Dinda, trus Dinda harus berbuat apa… ? Kecuali kalau Mas Akhmad berniat mengkhitbah Dinda, nah…baru Dinda pikirkan”
Sembari tersenyum, Dinda hanya biasa saja menanggapinya.
Siapa yang tahu hatinya berbunga, siapa menyangka dia berharap hal yang ia kata, siapa yang menyangka…
Saat itu Dinda hanya tak ingin biarkan seorangpun tahu perasaannya, yang belum jelas ujung pangkal muaranya.
Buat apa mengumbar semuanya dan membiarkan syetan menari-nari menaburkan racun mematikan. Cukuplah disimpan dalam diam, dan membiarkan Allah menjaga rasa itu hingga kelak Allah pasti memberikan yang memang seharusnya ia terima.
Uni sayang, kau tahu adikmu ini sedang berusaha menjaga diri, sedang berusaha memantaskan diri untuk menjadi perempuan yang lebih baik dimataNya.Kau tidak bersalah Uni ketika selalu menceritakan sosok Mas Akhmad padaku, sosok yang semakin ku kagumi, namun tetap…dalam diamku
“Dinda… uni tahu kau tidak ingin pacaran, mas Akhmad pun tahu kau tidak menginginkan itu. Dia hanya ingin mengenalmu saja…”
“iya ni aku tahu, beritahu saja info tentangku aku percaya pada Uni, kalau dia serius datang saja ke rumah, bicara baik-baik, bukan sekedar titip salam melulu” jelas Dinda
Usia Dinda sudah bisa dikatakan cukup untuk menikah, pun Ayah dan Ibu sudah menyerahkan sepenuhnya untuk pria pilihan yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak.
Sempat suatu kali Dinda tak mampu menjaga luapan perasaannya, rasa yang ia simpan rapat hampir saja meledak…
“Uni… tolong hentikan! Tak perlu lagi Uni cakapkan tentang Mas Akhmad pada Dinda, kalau dia mencintai Dinda bukan begini caranya, bukan hanya mengatakan ia sangat menyukai Dinda, hanya ucapannya saja, kalau itu semua orangpun bisa….” terisak Dinda meluapkan gundahnya
Rabbi ampuni aku, aku hanya takut tak mampu menjaga hatiku, aku takut bermain-main dengan perasaanku, jagalah hati ini Rabbi, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik penjaga
isakan Dinda memecahkan sunyinya malam.
Sudah 5 hari ini Lia berada di Padang, menghadiri acara walimahan adiknya yang juga kakak sepupu Dinda, Lia ke Padang hanya sendiri tanpa suami, karena suami belum mendapatkan cuti kerja. Malam ini Lia sengaja menginap di kontrakan Dinda. Kebetulan Dinda sendiri dirumah, Sari teman satu kontrakan sedang kembali ke kampungnya untuk mengambil data guna menyelesaikan skripsinya. Sedangkan Dinda sudah cukup tenang karena hanya tinggal membereskan revisi hasil ujian skripsinya saja.
Dengan hati-hati Lia mendekati Dinda, dipeluknya pundak Dinda yang tak jua enyah dari depan laptopnya.
“Dinda maaf, Uni tidak ingin membuat Dinda kecewa, kau tahu kenapa sampai saat ini Mas Akhmad belum memutuskan untuk mengkhitbahmu?”
Dinda hanya menggelengkan kepala pertanda jawabannya
“Dia adalah tulang punggung keluarganya, ayahnya sudah meninggal. Namun sebelumnya ia sudah berjanji pada ayahnya akan menikah setelah dia selesai menguliahkan adik perempuan satu-satunya, sekarang adiknya sedang memulai skripsinya, itulah sebabnya mengapa ia masih menunda untuk mengkhitbahmu,” jelas Lia
Diam… hanya itu yang dilakukan Dinda demi mendengar penjelasan dari kakaknya, hatinya yang mulai menyimpan rasa semakin membuat sesak dadanya. Dinda tak pernah sekalipun berkomunikasi langsung dengan Mas Akhmad kecuali sapaannya saat pertama kali bertemu. Keyakinan Dinda pada Mas akhmad yang dirasa mampu menjaga hati membuatnya semakin simpati pada pria Yogya itu.
Namun kini hatinya didera rasa yang tak menentu, mampukah Dinda menjaga hatinya, kekhawatiran itu selalu muncul
“Dinda, jujur dia sangat mengharapkanmu, namun dia tahu dengan posisinya sekarang, dia sangat berharap kau bersedia menunggunya. Namun jika tidak, ia akan mengikhlaskanmu jika kau telah menemukan pilihan hatimu selama masa penantian” jelas Lia mengakhiri penjelasannya
Semudah itukah definisi cintanya untukku, seegois itukah rasa cinta yang sering mempermainkan hati sesukanya…
Rabbi, kuserahkan semuanya padamu dan kumohon jagalah hatiku.../
**Untukmu yang dalam penantian tetaplah jaga hatimu,
perbaiki dirimu untuk senantiasa memantaskan diri mendapatkan kado terbaik dariNYA**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H