Mohon tunggu...
Tanto Dikdik Arisandi
Tanto Dikdik Arisandi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang Muslim. Seorang Suami. Seorang Ayah. Seorang Pencari Jati Diri

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kapan Menulis (Lagi)?

8 April 2014   13:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:55 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah karena (sok) sibuk atau karena kurang mampu mengatur waktu, sekarang rasanya kesempatan untuk bisa menuangkan fikiran dan rasa dalam tulisan terasa teramat mahal. Dulu, dalam sehari bisa sampai dua atau tiga ide tergoresakan dalam rangkaian kata. Setidaknya satu tulisan lengkap, atau lebih sedikitnya lagi sekedar satu paragraf. Rindu rasanya bercengkrama lagi dengan layar komputer. Memandangi luapan huruf yang menari menjadi kata. Langkah meningkahinya hingga terangkai ikatan-ikatan kalimat. Di akhir, mencoba membaca ulang sebuah tulisan yang telah menjelma ada, walau belum sempurna.

Inilah paparan ide. Tak sekedar bisa Saya rasakan dalam denyut otak dan pemikirannya. Tapi sudah terpampang dalam sebuah barisan kata dan kalimat. Yang kini, Saya bisa membacanya ulang. Mengoreksinya untuk kemudian berkutat menyempurnakannya. Tak hanya Saya, orang lain pun bisa menyimaknya. Mengangguk sepakat, atau menggeleng menafikkan. Untuk kemudian menjadi bahan diskusi yang renyah di sore menjelang petang.

Inilah luapan rasa. Harapan, cita-cita, optimisme, cinta, kecewa dan entah apa yang ada. Tak hanya tertanggung di kedalaman rasa, tapi ingin Saya titipkan dalam untaian kata. Bukan untuk ditinggalkan, sekedar mendefinisikan, untuk kemudian di hari yang lebih berdaya, bisa mencari dan mengartikan makna yang ada.

Menulis. Sebuah barang yang teramat langka sekarang ini. Padahal ia tak hanya (salah satu) obat bagi hati yang gelisah dan resah. Ia pun penawar kendali bagi hati yang gembira dan jumawa. Ketika menulis, maka ketahuilah bahwa ketika sedang menulis ini, Saya sedang memperkenalkan diri pada diri sendiri. Hingga bisa me-makrifat-i pribadi untuk terus menyadari akan diri. Jadi, menulislah. Segeralah menulis. Walau sekedar satu kata. Yang semoga dengan satu kata, akan mengundang kata yang lain untuk menjadi kalimat. Begitulah para pujangga bertutur tentang dunia kata.

Jadi, kapan menulis (lagi)?

*****

Solok, di sepenggal pagi yang terdefinisi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun