Indah terasa mendengar kumandang adzan di shubuh kali ini. Terdengar seperti bersahutan dari berbilang pengeras suara di berbagai surau. Seolah dari bermacam penjuru mata angin, mengajak setiap insan yang beriman untuk bersegera menghadap pada-Nya dengan segala kekhusyukannya. Indah. Sungguh indah. Namun indah yang Saya rasa kali ini bukan karena betapa merdunya adzan dilantunkan. Syahdu. Tetapi sekali lagi bukan karena begitu berseninya liuk suara pelafalannya. Biasa saja seperti adzan pada kebanyakannya. Akan tetapi terdengar indah dan syahdu oleh Saya lebih karena tiba-tiba Saya diingatkan pada rasa rindu Saya untuk mendengar suara adzan ketika dulu bekerja di Pulau Dewata, alias Bali. Di sana, kumandang adzan terasa teraaaaamat mahal. Berbilang waktu Saya menetap di pulau yang penuh keindahan itu, sedikit bilangan yang bisa Saya kumpulkan untuk menghitung terdengarnya adzan berkumandang. Bahkan ketika suatu saat Saya mendengar lantunan adzan di pinggir Danau Batur, Saya langsung menghentikan laju motor yang Saya kendarai. Mematikan mesin, untuk kemudian melepas rindu akan suara panggilan mulia dari Allah subhanahu wa ta'ala itu. Luar biasa indahnya. Apatah lagi, di hadapan Saya menghampar berjuta kubik air yang berkumpul di cekungan bernama Danau Batur dengan teramat anggunnya. Diselingi suara gemericik air yang menyapa bebatuan hitam yang bertengger di pinggiran danaunya, serta pepohonan yang setia menekuri sebagai temannya. Masya Allah. Sempurna.
Untuk kemudian bersegera mencari sumber suara mulia itu. Sebuah masjid besar di atas dataran danau.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H