Ketika kita pergi berlibur, tentunya membawa pulang oleh-oleh khas suatu daerah adalah suatu hal yang sudah seperti keharusan. Seperti halnya wilayah lainnya, Wonosobo memiliki oleh-oleh khasnya tersendiri, carica.Â
Carica adalah buah endemis yang hanya dapat kita temukan di daerah Dieng saja. Industri pengolahan carica, terutama dalam bentuk manisan, sudah menjadi suatu barang khas yang tidak mungkin asing lagi bagi wisatawan.
Sayangnya, pandemi COVID-19 juga membawa dampak tersendiri bagi pengusaha. Akibat adanya penerapan PPKM berkelanjutan dan penutupan area wisata, membuat omset penjualan manisan carica juga ikut menurun.Â
Ibu Fitri misalnya, salah satu pedang carica menuturkan, selama pandemi COVID-19, penjualan carica terasa sangat menurun dibandingkan hari-hari biasa.Â
Wisatawan yang sebelumnya datang ke Wonosobo untuk menikmati waktu liburan pun jumlahnya menurun, sehingga permintaan carica sebagai buah tangan pun ikut merasakan dampaknya.
Selain permintaan dari wisatawan yang menurun, permintaan dari penduduk lokal pun berkurang jumlahnya. Masyarakat lebih mengetatkan anggaran belanjanya. Padahal, carica kaya akan vitamin C dan serat pangan yang sangat bagus bagi kesehatan dan mampu meningkatkan sistem imun tubuh. Lalu, langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk menghadapi keadaan ini?
Ada beberapa strategi pemasaran yang sudah dilakukan untuk mengantisipasi sepinya wisatawan. Pertama, dengan memanfaatkan penjualan secara online.Â
Dengan adanya tren WFH (Work from Home) dan banyaknya warga Wonosobo yang menjadi tidak bisa pulang kampung, membuat mereka memanfaatkan jasa e-commerce untuk tetap merasakan nikmatnya manisan buah carica khas Wonosobo.Â
Dari yang sebelumnya penjualan lebih banyak mengandalkan jalur offline, belanja online adalah solusi untuk mengatasinya.
Kedua, mengurangi jumlah produksi. Langkah ini perlu diambil karena mau tidak mau, produsen harus menelan pil pahit bahwa permintaan atas manisan carica juga ikut menurun.Â
Tentu saja manisan carica mampu bertahan untuk waktu yang lama. Tetapi, demi mengantisipasi kemungkinan terburuk, maka satu-satunya jalan yang bisa dilakukan produsen adalah dengan mengurangi jumlah produksi untuk tetap menjaga kualitas.