Mohon tunggu...
Tanti Riski Apriliyanti
Tanti Riski Apriliyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hi!! Saya Tanti Riski Apriliyanti salah satu Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lansia yang Hidup Sebatang Kara di Sebuah Rumah Tak Layak

9 Januari 2024   20:33 Diperbarui: 16 Januari 2024   13:36 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kusnadi merupakan seorang Kakek yang sudah berusia dia telah menjalanin hidup lebih dari setegah abad usianya kini telah menginjak 78 tahun Ia hidup seorang diri di dalam sebuah kontrakan lusuh dan tak layak huni, di daerah pasir leutik Bandung Gang R.endang. Beliau tidak memiliki pekerjaan yang tetap, sehari-hari beliau hanya mengandalkan tubuhnya yang renta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kerja serabutan yaitu membantu memperbaiki genteng atau menambal pipa yang bocor. Beliau memiliki dua anak Beliau juga telah menikah. sayangnya anak-anaknya pergi meninggalkan beliau sebatang kara, Mereka  sangat acuh terhadap kakek kusnadi. Mereka membiarkan beliau begitu saja melalaikan kewajiban seorang anak untuk mengurusi orang tua nya yang  tua renta. berbicara tentang Istrinya, Beliau sudah lama ditinggal menginggal  oleh sang istri ketika berusia 61 tahun. Di sebuah kontrakan lusuh tersebut, pemilik kontrakan memberikan keringanan untuk membayaran kontrakan tersebut dengan mempersilahkan beliau untuk bayar ketika ada uang dan boleh di cicil perharinya.

Kondisi kontrakan lusuh Beliau sudah termasuk tempat tinggal yang  tidak layak di huni. Belaiupun hanya tidur beralaskan tikar plastik lusuh pemberian tetangga, toilet kontrakan yang beliau tempati pun tidak ada aliran air, jadi ketika itu beliau hanya bisa datang ke rumah warga setempat atau pun ke masjid hanya untuk membersihkan diri dan menjalan kan ibadah. Penerangan di kontrakanyapun dibantu oleh  ketua Rt setempat yang kasihan melihat beliau.

Menurut pengakuan para tetangga dan warga setempat, beliau juga  selalu berkeliling untuk mencari botol rongsokan atau pun dus bekas untuk di kumpulkan, lalu di jual ke bandar rongsok. dengan mata pencahariannya mengumpulakan rongsokan beliau menghasil uang sekitar 20 sampai 30 ribu yang dimana digunakan untuk membayar kontrakan dan memenuhi kebutuhan makan. Walaupun dengan kondisi beliau sekarang dimana pendengaran nya kurang baik serta penglihatan nya yang kurang jelas, beliau masih saja memikirkan bagaimana cara nya bekerja dan menghasilkan uang untuk sehari-harinya. beliau berkata "saya tidak mau mengemis dan tidak mau dapat belas kasihan, masih sehat jadi masih bisa bekerja walaupun dengan cara mencari rongsokan". dengan segala keterbatasan nya ia tidak pernah meninggalkan kewajiban nya untuk selalu beribadah dan selalu merasa bersyukur atas apapun yang ia punya sampai saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun