Mohon tunggu...
Tanti _srie_
Tanti _srie_ Mohon Tunggu... karyawan swasta -

suka mendengarkan .. http://tantioke89.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Game, Menjauhkan Anak dari Bersosialisasi

19 Januari 2012   10:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:41 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

http://bung-tsu.blogspot.com/2012/01/game-menjauhkan-anak-dari-permainan.html
Dalam segala hal dan perilaku selalu memiliki dua sisi yang mengiringi yakni sisi positif dan sisi negatifnya. Hal ini juga berlaku dalam sebuah game, baik video game maupun game online. Sisi positif dari permainan yang disajikan oleh layar persegi ini antara lain dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam penguasaan bahasa asing karena sebagian game berbahasa inggris sehingga seseorang dituntut untuk memahami bahasa tersebut untuk penguasaan permainan, mau menerima kekalahan dan menyadari bahwa dalam hal permainan maupun persaingan pastilah ada pihak yang menang dan kalah, dapat mengurangi stress dan melupakan masalah sejenak karena seseorang bermain game pastilah dalam keadaan enjoy tanpa beban.


Layaknya sebuah kehidupan pastilah memiliki kekurangan, di sisi lain game juga memiliki dampak negatif bagi tumbuh kembang seorang individu. Jika dilakukan berlebihan maka akan menurunkan motivasi belajar seorang anak, malas bekerja karena keasyikan bermain game, waktu belajar dan bercengkerama dengan keluarga tersita, makan dan tidur terganggu, cenderung menarik diri dari pergaulan masyarakat karena waktu untuk bersosialisasi digunakan untuk bermain game. Banyak orang menjadikan game menjadi sebuah kegiatan wajib yang harus dilakukan setiap hari. Mereka yang sudah kecanduan dengan game akan mengalami kesulitan konsentrasi dan susahnya bersosialisasi. Pecandu game didominasi oleh pelajar-pelajar kita, mereka menjadi malas belajar bahkan banyak pelajar suka membolos demi permainan ini. Dampak sosialnya, video game atau game online ini membuat orang cenderung cuek dan kurang peduli dengan lingkungannya. Menimbulkan sikap individulisme dimana seseorang tidak mempedulikan keadaan orang lain di sekitarnya. Hubungan dengan teman,saudara dan keluarga menjadi renggang karena mereka hanya disibukkan dengan game ini. Pergaulan mereka hanya di game saja sehingga mereka terisolir dari pergaulan dengan teman-teman. Terbiasa hanya berinteraksi satu arah dengan komputer membuat mereka jadi tertutup, sulit mengekspresikan diri ketika berada di lingkungan nyata.


Dalam majalah Info PJB edisi 70, Juli 2011 yang setiap bulannya mampir di ruangan kerja saya,memaparkan bahwa Akio Mori seorang professor dari Tokyo's Nihon University melakukan riset mengenai dampak video game pada aktivitas anak. Dari penelitiannya tersebut dapat ditarik 2 poin penting, yakni :


  • Penurunan aktivitas gelombang otak depan yang memiliki peranan sangat penting dengan pengendalian emosi dan agresivitas sehingga mereka cepat mengalami perubahan mood, seperti mudah marah, mengalami masalah dalam hubungan sosial, tidak konsentrasi dan lain sebagainya.
  • Penurunan aktivitas gelombang beta merupakan efek jangka panjang yang tetap berlangsung meskipun gamer tidak sedang bermain game. Dengan kata lain para gamer mengalami "autonomic nerves" yaitu tubuh mengalami pengelabuan kondisi di mana sekresi adrenalin meningkat, sehingga denyut jantung, tekanan darah dan kebutuhan oksigen terpacu untuk meningkat. Bila tubuh dalam keadaan seperti ini maka yang terjadi pada gamer adalah otak mereka merespon bahaya sesungguhnya.


Dampak secara fisik akibat terkena paparan cahaya radiasi komputer dapat merusak saraf mata dan otak. Ginjal dan lambung juga terpengaruh akibat banyak duduk, kurang minum dan makan karena keasyikan bermain game. Berat badan menurun karena kelupaan makan atau bahkan bertambah gemuk karena banyak ngemil dan kurang olahraga. Mudah lelah ketika melakukan aktivitas fisik, kesehatan tubuh menurun akibat kurang olahraga.


Pada usia anak-anak sekolah, untuk mengetahui apakah kecanduan itu sudah mengganggu aktivitas sekolah anak, Mark Griffiths dari Nottingham Trent University mengingatkan kepada para orangtua yang peduli untuk memperhatikan sejumlah gejala, seperti :


  • Apakah anak bermain seharian, sering bermain dalam jangka waktu lama atau lebih dari 3 jam.
  • Apakah anak bermain untuk kesenangan, cenderung seperti tak kenal lelah dan mudah tersinggung saat dilarang.
  • Apakah anak bermain game mengorbankan kegiatan sosial terhadap lingkungan sekitar dan berolahraga untuk menjaga stamina tubuh.
  • Apakah adanya keengganan dalam mengerjakan PR atau tugas.
  • Apakah adanya keinginan untuk mengurangi ketergantungan namun tak bisa.
  • Mengurangi segi aktivitas dalam belajar.
  • Lebih cenderung tidak memperhatikan masalah kesehatan dengan tidak berolahraga, karena keasyikan dalam bermain game.


Jika anak-anak mengalami lebih dari gejala-gejala tersebut maka bisa disimpulkan bahwa anak tersebut mungkin sudah terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bermain game.


Bolehlah kita bermain video game ataupun game online namun harus tetap ingat waktu, ingat kesehatan dan tidak melupakan tugas-tugas yang menjadi kewajiban kita. Bermain game untuk menghilangkan penat, bukan sebagai rutinitas atau tugas "wajib" setiap hari sehingga mengurangi waktu-waktu berharga untuk keluarga dan teman-teman.


Sejenak kita menengok ke permainan tradisional, sekedar mengingatkan dan membandingkan. Jaman saya kecil dulu, bermain petak umpet dan gobak slodor adalah permainan andalan. Permainan ini tidak dapat dilakukan sendirian, harus ada partner untuk menjalankan permainan ini. Lebih banyak orang lebih asik. Kedua permainan ini mengajarkan anak untuk berpikir kritis, kreatif dan secara tidak langsung membuat anak berpikir mencari jalan keluar dari suatu permasalahan. Sosialisasi yang tinggi merupakan salah satu dampak positif dari permainan tradisional. Kesehatan fisik pun lebih OK karena dalam permainan tradisional cenderung lebih banyak berlari-lari. Namun sayang, anak-anak jaman sekarang sudah semakin dimanjakan oleh teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun