Mohon tunggu...
Tanti Ariana
Tanti Ariana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sastra Cyber di Era Digital: Peluang atau Tantangan?

23 Juni 2022   06:15 Diperbarui: 23 Juni 2022   06:28 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terbukti dengan masih adanya sastra cetak, contohnya koran, hingga saat ini. Meskipun sastra cetak tidak mendominasi sastra cyber di era digital seperti saat ini di mana teknologi dan jaringan internet sudah dianggap seperti kebutuhan penting, kebutuhan primer, atau kebutuhan sehari-hari.  Itu artinya sastra cetak sesungguhnya tidak benar-benar mati, tetapi lebih cenderung memiliki sifat minoritas dibandingkan dengan sastra cyber. 

Bagaimanapun, hal ini tidak mengurangi minat penikmat seni untuk terus menikmati karya sastra cetak ditengah gembornya sastra cyber yang sedang meluas dengan cepat. Meskipun saat ini sastra cetak cenderung berada dalam posisi minoritas, tetapi harus diakui bahwa koran dan media cetak lainnya telah memiliki andil besar dalam membesarkan nama-nama sastrawan. 

Namun, menganggap koran atau media cetak lainnya sebagai satu-satunya sumber untuk membuat seseorang menjadi sastrawan juga sebuah opini yang tidak benar adanya terlebih pada era keterbukaan atau era digital seperti saat ini.

Dalam buku Sastra Pembebasan Antologi Puisi-Cerpen-Esai yang diterbitkan Yayasan Damar Warga tahun 2004 oleh Theora Aghata dalam esainya yang berjudul Sastra Cyber: Beberapa Catatan: disebutkan bahwa keberadaan sastra cyber telah menjadi opsi wahana baru dan wacana yang sangat penting. Hal ini dipengaruhi oleh fleksibilitas dan kemampuannya untuk menjadi sebuah barometer baru bagi kemajuan dan perkembangan sastra Indonesia di masa yang akan datang.

Apabila ditelaah lebih jauh lagi, menurut Theora Aghata, sastra cyber mempunyai peran strategis sebagai wahana berkreasi yang mampu memperbarui karya secara singkat sehingga dapat menunjang produktivitas dan mendorong perkembangan sastra di samping dapat pula mengembangkan wacana kritis dan asah kemampuan maupun pemikiran. Sastra cyber mempunyai peran yang sangat luas, terlebih di era digital seperti saat ini yang lekat dengan teknologi. 

Meskipun internet memiliki sifat serba instant dan memiliki kecenderungan akan hadirnya budaya instant pula, tetapi hal ini dapat diminimalisasi atau dapat dikontrol oleh keadaan para penulis karya sastra. Di era meluas seperti saat ini, sudah seharusnya para pekerja seni, terutama penulis sastra lebih cermat ketika hendak memutuskan untuk ikut andil dan perkembangan sastra cyber di Indonesia. 

Apabila tidak cermat, bukan tidak mungkin hal-hal buruk mungkin saja dapat terjadi. Dalam hal ini, sangat diperlukan juga sikap profesionalitas, yaitu dengan tetap mempertahankan produktivitas karya. 

Apabila sikap ini diterapkan pada setiap pekerja seni yang memutuskan untuk ikut andil dalam kehadiran sastra cyber, bisa saja sastra cyber menjadi corak yang memunculkan angkatan baru dalam kancah perkembangan sastra Indonesia.

Berikut akan dipaparkan tiga alasan para pekerja seni, terutama para penulis atau sastrawan memutuskan untuk terjun ke cybersastra.

  • Dengan hadirnya cybersastra, bukan tidak mungkin banyak opsi yang tersedia bagi para penulis untuk dijadikan sebagai media penyaluran karya seni mereka. 

  • Hal ini dijadikan alasan oleh para penulis untuk mencari model baru untuk mengasah kreativitas mereka dan ingin meninggalkan sementara tradisi lama yang seringkali dianggap sebagai sesuatu yang jenuh bagi mereka. Mereka menganggap bahwa cybersastra dapat memberikan mereka peluang baru dan ladang yang menjanjikan. 

  • Keinginan dan daya juang kreativitas dapat diwakilkan oleh adanya cybersastra ini karena masih terbatasnya minat untuk terjun ke cybersastra. Daya saing merekapun masih terbatas sehingga karya seperti apa saja akan makin diakui eksistensinya.

  • Selain alasan opsi yang bervariatif, para penulis sastra beranggapan bahwa mereka ingin terjun ke cybersastra hanya ingin segera mencari popularitas. 

  • Tentu, hal ini tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena sejatinya popularitas juga memiliki andil penting dalam melihat kualitas sebuah karya seni yang dihasilkan, khususnya oleh para penulis. Namun sepertinya, kehadiran sastra cyber yang memiliki kecenderungan terbatas komunitasnya, tidak menghalangi minat mereka untuk terjun ke cybersastra. 

  • Mereka menilai bahwa sastra cyber tidaklah membuat mereka terbatas komunitasnya, tetapi justru dengan adanya cybersastra, diri pengarang dapat dengan mudah tersebar ke seluruh penjuru dunia dan nama merekapun tidak  perlu harus melewati 'wisuda khusus'. Dengan hadirnya cybersastra, nama penulis akan terangkat dan akan terkenal ke seluruh jaringan cyber.

  • Selain dua alasan sebelumnya, ada pula beberapa pengarang yang memutuskan untuk terjun ke cybersastra hanya sekadar iseng bermain internet dan ingin meloloskan diri dari penjara sastra koran. 

  • Hal ini tentu harus diwaspadai karena 'iseng bermain internet' dapat memunculkan kecenderungan untuk melakukan hal-hal negatif. 

  • Meskipun hal tersebut belum dapat dikatakan benar-benar, terjadi, tetapi kecenderungan itu mungkin saja terjadi apabila pengarang tidak cermat dalam menggunakan internet. Di era digital seperti saat ini, bukan tidak mungkin hal-hal negatif bisa saja terjadi, di sinilah sikap cermat bagi setiap pengarang yang ingin memutuskan untuk terjun dalam dunia cybersastra. 

  • Saat ini, sastra koran dianggap sebagai minoritas dan hegemonik, tetapi hal ini tidak menyebabkan hilangnya minat masyarakat untuk tetap membaca koran.

Daftar Pustaka

Kritik Sastra Cyber dalam https://multisite.itb.ac.id/kkik-fsrd/wp-content/uploads/sites/154/2007/04/5.pdf diunduh pada 22 Juni 2022 pukul 06.08 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun