Elisa Koraag, Mencintai Kebaya dan Wastra
Berawal dari kecintaan pada wastra dan kebaya, serta  keinginan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia, Elisa Koraag inisiator dan founder Komunitas Perempuan Pelestari Budaya Nusantara, mewujudkannya dengan mulai mengenakan kebaya dan wastra sebagai busana sehari-hari.Â
Wanita berdarah Manado ini, bercerita bahwa ia lahir dari sebuah keluarga besar. Ia adalah anak ke 7 dari 11 bersaudara , dan kesebelas anak dari Bastian Koraag dan Olga Magdalena Parera ini adalah perempuan semua! Uniknya, mereka menjaga tali silaturahmi dengan sering mengadakan pertemuan dalam berbagai acara. Nah, hampir di setiap acara, kesebelas wanita Koraag-Parera ini merencanakan berbusana kebaya atau berbusana daerah tradisional, seperti mengenakan kain songket.Â
"Kebaya adalah busana khas wanita Indonesia, bukan hanya Jawa saja," tutur wanita yang berprofesi sebagai jurnalis lepas ini.
Elisa, mami Olga dan kesepuluh saudarinya, memang lebih sering mengenakan busana daerah di berbagai kesempatan. Hampir setiap kali bertemu, mereka menetapkan dresscode kebaya. Dan, kebaya ini bukan hanya sekedar kebaya, namun dirancang dengan teliti mulai dari warna hingga model  yang akan mereka kenakan.
Karena berasal dari Sulawesi Utara, maka mereka juga memiliki aneka kebaya encim atau kebaya nona, yaitu kebaya khas dari Menado.
Elisa mengungkapkan keinginannya, agar satu saat wanita di Indonesia lebih mencintai budaya berkebaya, karena di setiap daerah ternyata memiliki ciri khasnya masing-masing. Selain itu, mengenakan kebaya ternyata tak seribet seperti yang terbayangkan, juga tak terlihat seperti 'nenek-nenek', karena saat ini bisa dimodifikasi atau dipadukan dengan aneka aksesoris. Elisa membuktikannya dengan penampilannya yang unik, sehingga terlihat tampil keren dan moderen.