the food, and digest the culture. This is the most meaningful ritual we can offer in respect to the great pleasures of dining and culinary heritage."
"Eat
Kalimat yang kukutip dari KF Seetoh itu terngiang kembali, ketika aku mengikuti sebuah acara yang diselenggarakan oleh Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka) yang berkolaborasi dengan Kompasiana Purwakarta (Warga Kota) dan didukung penuh oleh Bidang Pariwisata (Bidpar) Disporaparbud Kabupaten Purwakarta.
Subuh baru saja beranjak ketika aku sudah duduk manis di transportasi menuju halte UKI Cawang, Sabtu 24 September 2022 lalu. Teman-teman Koteka telah menanti, dan mas Ony Jamhari memimpin perjalanan kali ini, tepat pukul 07.00 berangkat menuju ke Purwakarta.
Kali ini, tujuan utama Koteka adalah untuk mengekplorasi potensi pariwisata di Kabupaten Purwakarta. Hmm.. terbayang asyiknya menjelajah kota yang terkenal dengan kerajinan keramik dan kuliner khasnya yaitu sate Maranggi!
Rethinking Purwakarta Istimewa, Ayo Main ke Purwakarta!
Eksklusif trip kali ini, adalah hasil dari kelanjutan Zoom Koteka bulan Maret 2021 tentang Pariwisata Purwakarta Istimewa. Untuk itu, Bidpar Disporaparbud Purwakarta mengundang Koteka untuk meliput apa saja yang bisa dieksplore selama kami di Purwakarta.
Purwakarta dikenal sebagai tempat kelahiran beberapa negarawan dan pemimpin besar asal Jawa Barat pada awal berdirinya Republik Indonesia. Pahlawan yang lahir di tempat ini salah satunya yaitu Kusumah Atmaja, Ketua Mahkamah Agung yang pertama. Purwakarta memiliki luas wilayah sebesar 971,72 kilometer dengan 17 kecamatan, sembilan kelurahan, dan 183 desa yang berdiri di wilayah tersebut.
Awalnya, Purwakarta adalah bagian dari Kabupaten Karawang sampai tahun 1949. Pada saat itu, Kabupaten Karawang mulai dipecah menjadi dua, yakni Karawang Bagian Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dan Karawang Barat jadi Kabupaten Karawang. Nama Purwakarta berasal dari suku kata “purwa” dan “karta” yang memiliki arti "ramai" atau "hidup".
Kami disambut oleh Kepala Bidang Pariwisata Disporaparbud Purwakarta, Bapak Acep Yulimulya. Beliau menegaskan, bahwa saat ini, pemerintah kabupaten telah berhasil menyulap Purwakarta dari tempat yang biasa saja menjadi luar biasa. Purwakarta saat ini telah dikenal masyarakat se-Indonesia bahkan ke mancanegara. Hal ini terjadi berkat pembangunan infrastruktur yang berbasis budaya!
Selain itu, pemerintah daerah Purwakarta juga bergandeng tangan erat dengan UMKM, dan berhasil menciptakan camilan khas Purwakarta saat ini dikemas apik. Penganan seperti nogat kacang, simping, bahkan jamu herbal diharapkan kelak bisa merambah pasar global.