Sebagai perusahaan maskapai nasional plat merah, Garuda Indonesia berhasil memposisikan diri sebagai maskapai penerbangan dengan dengan positioning dan branding yang kuat di kelas premium. Garuda Indonesia identik dengan tiketnya yang mahal tetapi juga memberikan experience dan kebangaan bagi pelanggannya. Sederhananya anda adalah orang penting dan bukan orang susah jika anda bepergian di dalam negeri menggunakan jasa Garuda Indonesia.
Tetapi ironisnya, dengan tiket dalam negeri yang terhitung mahal, secara finansial keuangan Garuda Indonesia tidak terlalu menggembirakan. Tercatat pada tahun 2017 mengalami kerugian bersih sebesar 155 juta US Dollar, sebelumnya tahun 2014 bahkan kerugian bersih sebesar 399,6 juta US Dollar.
Berikut ini analisa saya terhadap Laporan Posisi Keuangan Garuda Indonesia grup selama periode triwulan 1 2016 sampai dengan triwulan 2 2018. Temuan -- temuannya sebagai berikut.
Terjadi kenaikan liabilitas jangka pendek dan itu berdampak pada current ratio atau kemampuan perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan. Dengan Current ratio di kisaran 0,4 sd 0,5 artinya banyak kewajiban jangka pendek yang tidak bisa ditutupi oleh pendapatan yang diterima perusahaan. sehingga bisa dindikasikan akan mengganggu optimalisasi operasional perusahaan.
Kualitas supplier sebagai penopang operasional Garuda Indonesia hampir pasti tidak akan sebagus apabila kewajiban -- kewajiban jangka pendeknya dipenuhi dengan lancar.
Jika mendapatkan pinjaman jangka panjang baru, perusahaan harus segera merestrukturisasai hutang jangka pendek terutama skema pengadaan pesawat antara sewa dan leasing.
Evaluasi Barang modal (fix aset) harus berorientasi pada kenaikan penjualan. Karena selama ini penjualan cenderung stagnam sehingga laba usaha tergerus.
Catatan: Semua Grafik diolah oleh pemilik berdasarkan data financial statement Garuda Indonesia
Selengkapnya silahkan lihat di channel youtube saya berikut ini: