uyghur lebih cenderung mirip dengan orang-orang timur tengah dan banyak dari mereka yang lebih menguasai bahasa Turki dan Arab dibandingkan bahasa Mandarin. Mayoritas etnis uyghur juga beragam Islam. Beberapa faktor yang yang sangat bertolak belakang antara Etnis Uyghur dengan Etnis lainnya di Tiongkok ini lah yang menjadi pemicu adanya konflik antara Pemerintah Tiongkok dengan Etnis Uygur.Etnis uyghur dianggap sebagai salah satu ancaman bagi pemerintah Tiongkok, dengan adanya perbedaan identitas dan agama tersebut, membuat pemerintah Tiongkok sangat khawatir akan adanya gerakan separatisme dan ekstremisme yang dilakukan oleh Etnis Uygur tersebut. Hal tersebut menjadi dasar tindakan represif dan kebijakan yang ketat yang dilakukan oleh Pemerintah Tiongkok terhadap Etnis Uyghur di Xinjiang. Namun, alasan perbedaan identitas dan agama tentu bukan menjadi satu-satunya alasan mengapa pemerintah Tiongkok terus melakukan tindakan represif dan kebijakan yang ketat terhadap etnis uyghur.Wilayah Xinjiang, yang saat ini diduduki oleh Etnis Uygur merupakan wilayah yang menjadi bagian penting dari jalur sutra Tiongkok, wilayah ini menjadi wilayah perdagangan internasional yang menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara di Asia Tengah dan bahkan dengan negara bagian lain di dunia seperti Eropa. Selain itu, Xinjiang diketahui memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti minyak, gas, dan mineral. Xinjiang juga dijadikan sebagai pusat inisiatif one belt one road pemerintah Tiongkok, yang dimana inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan perdagangan global.
Hal tersebut yang menjadi faktor utama konflik antara Pemerintah Tiongkok dengan Etnis Uyghur, seperti menurut Hans Morgenthau yang mengatakan bahwa kepentingan nasional merupakan satu hal yang dapat mempengaruhi keamanan serta kekuatan suatu negara. Oleh karena itu, negara harus mengutamakan kepentingan nasional untuk dapat tetap bertahan dan berpengaruh di panggung internasional. Alasan utama pemerintah Tiongkok memberlakukan kebijakan ketat dan tindakan represif terhadap etnis uyghur ialah karena pemerintah Tiongkok ingin melindungi dan mempertahankan wilayah Xinjiang sebagai bagian dari China. Karena, kunci nasib masa depan China berada di wilayah Xinjiang.
Namun, kebijakan dan tindakan represif yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok terhadap etnis uyghur ini sangat tidak dibenarkan. Hal tersebut, dinilai telah melanggar hak asasi manusia. Pemerintah Tiongkok telah melakukan penahanan massal, penyiksaan, diskriminasi, upaya pembersihan etnis dan pembunuhan terhadap etnis uyghur. Hal ini, tentu menarik perhatian masyarakat internasional. Mulai dari beberapa negara hingga organisasi internasional turut memberikan perhatian khusus dan menyuarakan hak-hak etnis uyghur yang telah di ciderai oleh pemerintah Tiongkok.
Upaya Masyarakat Internasional dalam Menyuarakan Isu Uyghur
Dalam merespon isu Uyghur, beberapa negara telah menyatakan dukungan mereka terhadap etnis Uyghur yang tengah mengalami pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Pemerintah Tiongkok. Contohnya, negara-negara barat seperti Inggris, Uni Eropa, Kanada, US, dan Prancis. Beberapa dari negara-negara tersebut telah tegas memberikan respon terhadap isu Uyghur, mereka memberikan sanksi kepada pemerintah Tiongkok, maupun kepada individu yang terlibat atas pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uyghur di Xinjiang. Selain itu, negara seperti Inggris juga sangat lantang dalam memberikan kritik terhadap pemerintah Tiongkok pada forum internasional, Inggris juga menyatakan dukungannya atas laporan pelanggaran hak asasi manusia yang telah disampaikan oleh Komisi Tinggi HAM PBB.
Namun sayangnya, hampir seluruh negara-negara muslim memilih untuk bungkam. Negara-negara muslim menganggap, bahwa isu Uyghur ini bukanlah sekedar isu yang mengadvokasi perihal hak asasi manusia. Akan tetapi, isu Uyghur ini sudah menjadi alat permainan negara-negara dalam merusak citra China di panggung internasional. Negara-negara muslim tersebut menganggap bahwa Negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa hanya ingin merusak citra China yang saat ini sedang menjadi bintang dalam kemajuan teknologi, ekonomi, dan bahkan dalam sektor industri senjata.
Bahkan, salah satu negara muslim sangat lantang dalam membela China. Negara tersebut yakni Turki, Turki mengatakan bahwa Turki akan siap pasang badan untuk maju dibarisan paling depan jika ada negara yang ingin merusak dan menghancurkan China. Turki menyatakan bahwa mereka sadar terkait tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kepada pemerintah China bukanlah semata untuk membela hak asasi manusia etnis Uyghur, namun isu Uyghur ini merupakan alat pertarungan global antara Amerika Serikat dengan China, dan isu Uyghur pun kerap digunakan sebagai alat perang dagang Amerika Serikat.
Namun, melihat dari posisi China saat ini yang sedang menjadi primadona dalam beberapa sektor, dan menjadi negara adidaya. Sikap negara-negara muslim terhadap isu Uyghur ini terlihat sangat hati-hati, karena China banyak memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan negara-negara muslim di dunia, hal ini tentu mempengaruhi sikap negara-negara muslim terhadap isu Uyghur. Hampir seluruh negara-negara muslim tidak pernah mengambil sikap yang tegas terhadap isu Uyghur ini, mereka seringkali mengutamakan stabilitas hubungan politik dan bilateral mereka dengan China. Mereka tidak ingin kehilangan mitra terbesar dalam sektor perekonomian, karena hal ini dapat mempengaruhi stabilitas pada negara-negara muslim tersebut.
Namun, pada beberapa negara muslim terdapat banyak gerakan sipil yang mengecam keras perlakuan terhadap Uyghur dan melakukan beberapa aksi demonstrasi untuk menyuarakan dan membela hak-hak etnis Uyghur. Contohnya seperti Indonesia, pada berita yang telah dipublikasikan oleh VOA, ratusan masyarakat Indonesia menggelar aksi demonstrasi untuk menyuarakan isu Uyghur yang dilakukan didepan kedubes China pada tahun 2019. Selain itu, beberapa organisasi pemuda seperti OIC Youth Indonesia juga telah menggelar demonstrasi untuk menyuarakan isu Uyghur pada akhir tahun 2019. OIC Youth Indonesia, menjadi salah satu organisasi kepemudaan yang lantang dalam menyuarakan isu Uyghur. OIC Youth Indonesia juga sering mengadakan beberapa seminar yang mengangangkat topik mengenai isu Uyghur, hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya OIC Youth Indonesia menunjukan bahwa adanya solidaritas komunitas muslim terhadap muslim Uyghur di Xinjiang, China.
Pada tahun 2019, masyarakat Turki juga menggelar aksi solidaritas untuk muslim Uyghur di China, Aksi ini diselenggarakan oleh Yayasan Bantuan Kemanusiaan Turki (IIH). Kegiatan aksi tersebut dilaksanakan didepan Masjid Al-Fatih di Istanbul, Turki. Mendatangkan ratusan warga Turki dari berbagai kota, aksi ini memprotes terkait pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok terhadap etnis Uyghur. Meskipun pemerintah Turki mengambil sikap yang kontra degan masyarakat sipil nya terhadap isu Uyghur, hal ini tidak membuat masyarakat sipil berhenti menyuarakan isu Uyghur.
Banyak negara-negara yang sudah mengambil sikap konkrit terkait isu Uyghur, ratusan warga sipil di beberapa negara muslim pun turut menyelenggarakan aksi solidaritas terhadap etnis Uyghur di Xinjiang. Meskipun masih banyak negara muslim yang bungkam terhadap isu Uyghur, akan tetapi kita harus tetap mengedepankan kemanusiaan terlebih hal ini menyangkut kebebasan hak asasi manusia sesama umat muslim. Harusnya, negara-negara muslim dapat mengambil langkah yang lebih tegas dalam mengadvokasi isu Uyghur. Agar tidak adanya sikap pilih kasih antara pejuang kemanusiaan di Palestina dan pejuang kemanusiaan di Xinjiang, China. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H