Kabar baik bagi Timnas U-19. Mereka akan mendapatkan beasiswa dari pemerintah.
Jika beasiswa ini terealiasi, maka semakin ada harapan bahwa bangsa ini ke depan akan semakin maju. Mengapa? Karena dengan beasiswa bagi para olahragawan ini, telah terjadi perubahan mind set dari pemerintah mengenai sosok manusia unggul.
Sedikit berteori, sudah lama diketahui bahwa ada teori kecerdasan majemuk (multiple intelligence), di samping kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosial (EQ). Implikasinya, mereka yang pandai dalam dan cerdas dalam olah raga, meski secara IQ biasa saja, tetap merupakan manusia cerdas.
Perhatian negara yang selama ini hanya kepada kecerdasan IQ saja jelas mengabaikan realitas dari kecerdasan itu sendiri. Salah satu buktinya adalah minimnya perhatian bagi mereka yang berprestasi di bidang olah raga. Sering kita mendengar berita bahwa para "mantan" olahragawan itu akhirnya hidup miskin di masa pensiunnya.
Nah, kira-kira beasiswa bagi para punggawa itu apa ya?
Agar berkeadilan, sebaiknya pemerintah membuat model jenis dan masa beasiswa bagi mereka (mungkin juga bisa berlaku bagi cabang olah raga lain). Misalnya:
1. Indikator Dasar.
(A) Tingkatan prestasi: (1) Kabupaten/ Kota; (2) Provinsi; (3) Nasional; (4) Internasional.
(B) Masa berprestasi: (1). 1-2 tahun; (2) 3-5 tahun; (3) 5 tahun ke atas.
2. Bentuk Beasiswa.
Saya tetap berpegangan bahwa beasiswa mereka itu dalam bentuk skill yang berbasis pendidikan untuk meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan.
(A). Short term. Misalnya kursus bahasa asing: minimal bahasa Inggeris, Matematika Dasar.
(B). Midle term. Misalnya pendidikan non degree singkat berjenjang dari basic sampai advance.
Untuk kedua jenis ini bisa diberikan sambil mereka menjalani karantina di pelatnas. Adapun jenis pendidikannya bisa terkait dengan skill tambahan seperti managemen SDM, dan sebagainya.
(C). Long Term. Misalnya pendidikan berjenjang, mulai dari (1) D-3; (2) S-1; (3) S-2; sampai (4) S-3.
Untuk pendidikan ini, maka berlaku rumus: semakin tinggi prestasi maka semakin besar peluang meraih beasiswanya. Akan tetapi tentu saja beasiswa diarahkan kepada jenis ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan olah raga yang ditekuninya.
Jadi dengan model seperti ini, saya #Optimis ke depan, masa depan para olahragawan kita tetap cerah dan pemerintah tidak menyia-nyiakan kecerdasan majemuk dari anak bangsa ini.
Kampanye
Saat ini, menjadi atlit merupakan salah satu skill yang cukup menjanjikan secara ekonomi. Namun demikian, pemerintah wajib mengkampanyekan bahwa di dalam skill tersebut, terkandung potensi-potensi lain yang bisa dikembangkan oleh para mantan alit ke depan.
Contoh: mereka yang beprestasi di bidang olahraga sepakbola, maka beasiswa diarahkan untuk mendapatkan pendidikan tertinggi di bidang Sepak Bola ini. Siapa tahu, selain kita memiliki atlit yang bakat alamnya itu sepak bola, juga akhirnya menjadi Doktor Sepak Bola. Begitu seterusnya.
#BangsaOptimis
@InspirasiTantan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H