1. Perusahaan ini ketika melakukan pendekatan, cenderung berpegang pada kebiasaan 'menghalalkan' segala cara. Â Misalnya ketika bertemu calon klien, diservis (yang sesungguhnya itu merupakan bentuk sogokkan), dan difasilitasi. Pernahkah hal yang sama diberikan kepada karyawan perusahaan ini. Bukankah kehormatan tersebut layak juga didapatkan oleh staf dan manajemen perusahaan ini?
2. Kaidah business as usual yang cenderung menjadi pegangan juga akhirnya menyebabkan kita dibiarkan saling sikut, saling menjatuhkan walau itu teman sendiri. "
Si Bos terdiam. Ia membayangkan banyak hal terkait ucapan karyawannya barusan. Ia bisa saja marah. Tapi untuk apa?
***
Cerita di atas hanya ilustrasi semata. Namun dalam kenyataannya banyak "keburukan" yang terjadi di sekitar kita dibiarkan karena dianggap biasa. Lama-lama menjadi "nilai" yang mengancam masa depan.
Cara-cara perusahaan tadi sangat tidak bermartabat di depan manusia. Apalagi di depan sang Maha. Dalam konteks ini, maka dibutuhkan sebuah sistem yang di dalamnya ada kuasi integritas. Sistem yang bisa menjadikan seluruh individu dalam lembaga/ perusahaan tersebut mengabdi kepada kebaikan bersama.
Manajemen yang ber-INTEGRITAS tidak akan menjadikan kaidah "menghalalkan segala cara" sebagai SOP. Sebab puncak dari kebahagiaan bekerja dan berusaha adalah kebahagiaan bersama.
Salam INTEGRITAS!
Tantan Hermansah @Inspirasi Tantan
Jika Anda ingin mengetahui kualitas integritas dari karyawan dan staf manajemen serta Tim Anda, hubungi kami. NUN-Integrity adalah satu set alat test dan pelatihan untuk menelaah, memetakan, dan mengupgrade integritas karyawan dan manajemen lembaga / perusahaan Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H