Mohon tunggu...
Muhammad Fatan Siddik
Muhammad Fatan Siddik Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seorang yang hobi menulis dan suka hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Digdaya Militer Tiongkok di Laut China Selatan, Natuna Harga Mati!

31 Mei 2024   20:48 Diperbarui: 31 Mei 2024   21:26 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Laut China Selatan, daearah yang telah menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Menimbulkan kekhawatiran serius terkait kedaulatan Indonesia. Persengketaan ini melibatkan lima negara ASEAN, yaitu Vietnam, Brunei, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Negara tersebut terlibat konflik batas wilayah dengan Tiongkok, terutama terkait Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang tumpang tindih dengan klaim Tiongkok. Situasi ini semakin memanas dengan tindakan provokatif Tiongkok terhadap negara-negara seperti Filipina dan Indonesia, yang memperparah ketegangan di kawasan tersebut.

Bukan tanpa alasan, Laut China Selatan menyimpan sumber daya alam yang berlimpah. Lokasi yang sangat strategis juga menjadi alasan kuat Tiongkok untuk mengklaim daerah tersebut. Daerah Laut China Selatan termasuk kedalam jalur perdagangan dunia, Tiongkok yang mendirikan pangkalan militer di daerah tersebut tentu saja dapat mengontrol wilayah tersebut sesuai kehendaknya. Dan jika terjadi konflik maka jalur perdagangan dunia akan terganggu.

Kekuatan Militer Tiongkok tidak bisa kita anggap remeh. Di Asia Militer Tiongkok sebagai rajanya, armada angkatan laut tiongkok (People's Liberation  Army  Navy) merupakan angkatan laut paling digdaya di Asia. Dari kekuatan kapal induk saja Tiongkok sudah membangun 3 unit kapal yaitu, Type 001 Liaoning, Type 002 Shandong dan Type 003 Fujian. 

Kapal induk yang bisa membawa pesawat tempur, hampir sama seperti sebuah pangkalan berjalan, kelebihan dari kapal induk yaitu memiliki "deterrence effect" atau daya gentar yang sangat besar di kawasan dan "power projection" yaitu kemampuan untuk mengirimkan militer mereka diluar wilayah mereka.

Tak hanya Kapal Induk, kemampuan bawah laut Tiongkok patut juga kita waspadai. Kekuatan armada kapal selam Tiongkok berjumlah 65 unit, 7 diantaranya mempunyai kemampuan menembakan rudal balistik dengan hulu ledak nuklir. Dengan armada yang sangat besar ini, tak menutup kemungkinan PLAN melakukan operasi intelejen dengan kapal selam mereka di Laut China Selatan atau bahkan hingga ke wilayah negara lain tanpa terdeteksi.

Kemampuan kapal permukaan PLAN juga tak kalah kuatnya. Kapal kombatan mereka sejenis Fregat dan Destroyer memiliki kemampuan untuk menghancurkan target di darat, permukaan, hingga udara. Kemampuan seperti itu, sama halnya dengan Amerika Pada perang teluk 1991. Dimana 288 rudal jelajah jenis Tomahawk diluncurkan melalui kapal permukaan maupun kapal selam. Tak bisa kita elak bahwa Tiongkok sudah hampir sejajar dengan kekuatan nomor satu di dunia, walaupun masih seperti langit dan bumi.

Ancaman yang diberikan Tiongkok di Laut China Selatan sudah seharusnya menjadi perhatian kita semua. Gejolak di kawasan tidak bisa kita pungkiri, Natuna menjadi wilayah yang akan terdampak. Indonesia perlu membangun pangkalan militer maupun armada laut yang sangat mumpuni demi membendung kekuatan yang mengancam serta perlindungan terhadap batas batas wilayah.

Pembangunan pangkalan militer di Natuna sudah menjadi langkah tepat yang telah kita lakukan untuk memperkuat kedaulatan dan keamanan nasional di wilayah yang strategis ini. Dengan pembangunan rudal pertahanan udara maupun permukaan, kita telah meningkatkan kemampuan pertahanan kita terhadap ancaman dari udara dan laut. 

Selain itu, pembangunan skadron drone sebagai wahana pengintaian memberikan keunggulan dalam pemantauan dan pengawasan wilayah secara real-time. Pembangunan dermaga dengan kapabilitas modern juga memungkinkan kapal selam dan kapal permukaan kita untuk beroperasi dengan efisiensi tinggi, sementara fasilitas shelter hangar yang dibangun untuk pesawat tempur memastikan kesiapan dan keberlanjutan operasional alutsista udara kita. Langkah-langkah ini secara signifikan memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi tantangan keamanan di Laut China Selatan.

Akuisisi kapal perang dengan kapabilitas modern merupakan langkah strategis dalam memperkuat pertahanan maritim Indonesia di Laut China Selatan. Kapal perang dengan panjang 100-150 meter ini dirancang untuk melakukan patroli jarak jauh (long endurance patrol), sehingga mampu menjaga keamanan wilayah perairan kita secara berkelanjutan. Dilengkapi dengan sistem pertahanan udara canggih. 

Selain itu, kemampuan fregat ini untuk menembakkan rudal anti kapal. Dengan kemampuan ini, fregat modern tersebut akan meningkatkan kapabilitas angkatan laut kita dalam menjaga kedaulatan dan keamanan nasional, serta menegaskan kehadiran Indonesia di wilayah strategis Laut China Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun