Senin, (11/10) Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga mengadakan kuliah umum bersama pada pukul 15.00 WIB. Tak tanggung-tanggung, kuliah umum dengan tema "Penulisan Sejarah Yang Tidak Dapat Ditulis: Pendekatan Baru Untuk Memahami  Masa Pendudukan Jepang" mengundang pembicara dari Akita University Jepang, Prof. William Bradley Horton. Prof. William yang juga mempunyai nama Jawa Dewo Broto Hartono juga diketahui menjadi Adjunct Professor di Departemen Ilmu Sejarah Unair selama 3 bulan.
Kuliah tamu yang dilaksanakan menjelang sore ini diikuti oleh 300 peserta melalui platform Zoom Meeting. Meskipun kuliah dilakukan secara virtual, antusias peserta kuliah sangat tinggi. Hal ini dikarenakan pembahasan mengenai penulisan sejarah masa pendudukan Jepang di Indonesia menarik para peserta untuk bertanya dan berdiskusi bersama.
Kuliah umum yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam ini membahas sejarah kependudukan Jepang di Indonesia yang tidak dapat ditulis.Â
Hal ini dikarenakan langkanya sumber-sumber sejarah atau arsip sejarah pada masa kependudukan Jepang. Prof. Broto selama tiga setengah tahun melakukan penelitian sejarah Jepang di Indonesia juga bercerita bahwa tidak menemukan sesuatu yang banyak. Ia hanya menemukan gambaran mengenai Romusha dan tidak ada yang signifikan.Â
Ia juga menyebutkan penelitiannya mengenai sejarah PETA yang lumayan memiliki banyak sumber dan fakta yang ditemukan dibandingkan bahasan lain yang ada pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Selama tiga setengah tahun penelitiannya di Indonesia, Prof. Broto melihat banyak sekali sejarah Jepang yang tidak masuk sejarah atau tidak dituliskan.
 Ini dikarenakan sejarah-sejarah tersebut memiliki sumber yang terbatas. Masalah bahasa menjadi kendala utama oleh para sejarawan untuk menuliskan sejarah.Â
Mitos tentang pembakaran dokumen-dokumen penting pada masa kependudukan Jepang karena takut akan diadili juga menjadi faktor terbatasnya sumber-sumber sejarah Jepang Indonesia.Â
Pembakaran tentang dokumen  tentu  merupakan hal yang tidak benar, hal ini dikarenakan mereka mengadopsi peraturan tentara Amerika bahwasanya setelah perang Vietnam mereka harus menghancurkan semua dokumen.Â
Salah satu alasan mengapa dokumen-dokumen harus dihilangkan adalah slogan "Made in Japan" dilemparkan oleh pemerintah Belanda terhadap pemerintah Indonesia sebagai alasan untuk kembali menduduki Indonesia.Â