Mohon tunggu...
Egi  Adrian
Egi Adrian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selaras Namun Tak Baik, Apalah Guna

4 April 2017   16:03 Diperbarui: 5 April 2017   05:00 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“ (38 + 7 + 5 + 12 +3 ) x 0 = 0“

kapan? Saat ajal menjemput. Karena semua yang kita lakukan tak satupun diniatkan untuk persiapan menuju hari yang kekal itu. Setiap ambisi. targetan, seperti belajar Bahasa Inggris, menamatkan buku setiap pekannya, kuliah tiap hari, berorganisasi dll. hanya untuk capaian pribadi dan duniawi semata. Bagaimana diri ini nantinya  full of skill  kelak di pasca kampus, agar jadi sosok yang sukses di mata dunia dengan skillyang telah kita persiapkan sedari awal. Membuat orang sekeliling senang dengan sosok kita, basicallysama halnya seperti yang kita kenal dengan self endorsement. 

Kenapa tidak sedari awal kita sadari sebelum melakukannya, mengubah perkalian akhir tadi bukan dengan 0 namun 1, sehingga semuanya tak sia-sia. Bagaimana jika kita katakan “ ku tamatkan membaca buku tiap pekannya agar menjadi sosok yang berkapasitas bagus dan berwawasan luas, sehingga mempermudah jalan untuk mengajak orang pada kebenaran dan jalan itulah yang diridhai Allah swt.” . Begitupun untuk belajar Bahasa Inggris, terlalu sempit untuk meniatkannya agar memuluskan jalan memperoleh pekerjaan. Kenapa tidak niatkan jalan mencari ridha-Nya karena sekarang dakwah menggunakan Bahasa Inggris begitu penting ternyata, melintasi dunia mendapat kepahaman yang sama atas satu Bahasa, skilldapat, jalan mendapat pekerjaan juga mulus. Sehingga  lengkap sudah persiapan menuju kehidupan kekal tersebut. Angka 0 tadi akan berubah menjadi 1.

“ (38 + 7 + 5 + 12 +3 ) x 1 = 62“

Selengkapnya : https://www.youtube.com/watch?v=sBJIHUOl-DE

Jadi? Apa seharusnya masih terpengaruh untuk tidak berintegritas meskipun kehidupan pada masa kampus dijanjikan begitu licik? Sejauh mana licik itupun kita belum bisa memastikan pembiasaan buruk yang kita lakukan sekarang akan menjamin kita tidak jadi korban kelicikan sebenarnya kelak. Kalo diminta pilih, kenapa tidak yang pasti-pasti saja toh? Silahkan definisikan posisimu apa manusia dengan orientasi ketuhanan atau kehidupan.

Pembiasaan sedari awal berintegritas dan perbuatan baik lainnya akan memoles nurani sebening embun sehingga nurani akan otomatis menolak dan risih saat pilihan tindakan tidak baik atau tidak berintegritas dihadapkan pada kita. Apapun dan dimanapun kondisinya, saat sudah membentur tembok pemisah antara yang haq (benar) dan bathil (salah), pastikan diri ini keluar jalur , dan pindah ke jalur yang memastikan kita masih bisa merambat maju dengan pedoman dan ideologi yang benar tersebut. Toh, rezeki sudah ada garisnya dan tidak akan berpindah tangan. Kenapa harus panik tidak dapat lagi.

Takut gagal ? atau gaji turun jika memilih keluar? Itu bukti orientasi kita masih pada kehidupan, dimana semua seolah-olah akan berakhir di dunia. Tidak salah sosok dengan pemahaman seperti ini sangat terusik dengan bahaya dan ancaman yang mampu meniadakan hidupnya di dunia ini. Bisa kita cari statistik kejadian bunuh diri di dunia paling sering terjadi  nyatanya ada di negara yang cenderung maju atau yang memang penduduknya memahami dengan mengakhiri kehidupan semua masalah terselesaikan.

Jadi, hidup nyatanya tidak baik setengah-setengah. Totalitas jadi nilai yang perlu dipegang. Definisi pribadi sendiri, tidak ada yang netral, kalo tidak haq ya bathil, tinggal mendefinisikan posisi kita dimana. Kalo tahu bahkan paham ada yang jelas-jelas baik, kenapa tidak tekuni saja. Semuanya pasti akan meyakini dan sadar tentang hal yang benar tersebut, hanya tergantung waktu saja yang menentukan kapan sadarnya. Lenih awal, atau nanti tunggu bukti saat raga tidak bisa berbuat apa-apa lagi (baca: ketika ajal menjemput dan sesudahnya).

sumber gambar : http://hasberryshub.weebly.com/assessments.html 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun