Mohon tunggu...
jj
jj Mohon Tunggu... Mahasiswa - hi!

...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Desember 30 Hari

3 September 2024   15:42 Diperbarui: 3 September 2024   15:43 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Desember 30 Hari

Andai saja aku percaya tahayul. Mungkin semesta dan seisinya akan terlihat lebih nyata. Segala yang nampak dan tak nampak. Segala semilir metafisika, termasuk dirimu yang kini tiada. Menadah rintih hujan di pekarangan, berharap tetesan air mata kebebasanmu kutangkap di bumi sini. Kutampung hingga rampung di sudut memoar istimewa milikmu, saudariku. 

Desember kala itu kehilangan satu hari, kau bawa pergi. Bintang jatuh nampaknya gagal mengamini sembuh. Hanya berhasil membunuh waktu yang terlalu lama kau tempuh setengah hidup. Di bawah nisan berukir namamu, ada senyum yang tak lagi pilu. Ku yakin akan itu. Tanpa infus, tanpa aroma karbol membius, tanpa berjejal obat terus menerus, tanpa lupus. 

Tenanglah di sana, di antara awan dan sekawanan dara. Melambai damai pada tanah, pada lara. Pergimu adalah sembuh. Sembuhmu, sembuh ku, sembuh kita. Pergimu adalah utuh, dari segala isak sesak dunia. 

Sambut aku dari pintu istana atas sana. Dari nirwana yang ku yakin kau ada. Sapa aku dari surgamu. Akan ku kirim senyum dari bilik di balik punggung malaikat Malik.

- Saudarimu -

[Jakarta, 03/09/24] [Revisi]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun