“Nak...” suara serak serak basah keluar dari mulut ibu. Ibu menelan ludah karena geli nyium bau matahari di rambut Taya. Ibunya mikir dulu, langsung menghibur anaknya atau urusin masalah rambut dulu nih. Ya, karena sang ibu gak mau nyakitin hati anaknya dua kali, sambil tahan napas, ibu berhasil ngomong sepatah dua kata. Ya.. Walaupun nahan bau rambut Taya yang naujubileh, hehe.
“Tujuanmu mengikuti lomba apa, nak?”
“Aku mau menang, bu..”
“Nah, itu yang membuat kamu kalah terus. Dari awal niat mu aja udah salah.”
Taya bingung dan kecewa. Loh, gimana enggak, bukannya dihibur kek atau disemangatin kek, ini malah di salahin. Akhirnya ia melepas pelukannya dan menatap ibu. Tapi tiba-tiba, zenggg. Seakan-akan seperti ada sebuah pelajaran baru yang ia dapat hari itu.
“Satya ikut lomba itu mungkin karena ia suka nulis bukan untuk menang,” lanjut ibu sambil tarik napas. “Atau ia lebih duluan kerja kerasnya daripada kamu, nak.” Taya terdiam.
Baik. Pelajaran baru yang ia dapat dalam mengikuti lomba, jangan mengharapkan juara tapi didasari karena suka.
Kini semangatnya untuk menulis kembali membara. Tapi kali ini, ia tidak sedang berkompetisi dengan Satya, akan tetapi dengan temannya Satya yang suka menulis juga, Angga. Saat itu, mereka sama-sama menulis esai. Jelas Taya mengirimkan esai terbaik yang pernah ia buat, kaya akan data-data, fakta dan riset. “Masterpiece,” ungkapnya saat mengklik submit.
Sippp, dengan PD yang gak ketulungan alias menggebu-gebu, Taya optimis banget menang tuh. Aku udah minta orang baca esaiku kok, dan hasil penilaiannya juga memuaskan.Tiba saat pengumuman, yup! Angga lolos! Taya? No.
Waduh, makin bingung si ABG ini, tapi biasa aja sih, soalnya dia lagi enggak ngelawan Satya, jadi gak terlalu mikir saingan banget lah.. Tapi dia kepo, kenapa Angga bisa menang? Saking keponya si anak ini, ia sampe minta contoh esai milik Angga. Dan setelah diteliti, ia pikir esai Angga kurang enak dibaca. Penggunaaan titik koma masih salah, sehingga Taya harus berkali kali ambil napas. Ia coba meminta ibunya untuk membandingkan antara esainya dan esai Angga. Yo jelas orang tua ngedukung anaknya lah, gimana sih. Hehe engga deng, Ibu merespon yang sama seperti yang dirasakan Taya karena memang betul, kok. “Iya, kurang enak dibaca. Titik komanya belum jelas.” See?Apa yang salah?
It’s all about luck!