Mohon tunggu...
Tanisa Hasdiani
Tanisa Hasdiani Mohon Tunggu... Lainnya - Merintis bareng si tanisa

cek on my Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCeqPaokgO73nzhvdXsjAxkA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Menjadi Maba

5 November 2020   11:48 Diperbarui: 5 November 2020   12:06 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi mahasiswa merupakan mimpi hampir dari semua siswa kelas 12. Serangkaian tes harus kita lalui dan itu semua tidak mudah,  butuh persiapan yang matang.

Aku paham betul akan hal itu, maka dari kelas 11 aku sudah mempersiapkan diri untuk masuk PTN. Aku membiasakan diri untuk belajar soal SBMPTN di tempat lesku  dari pulang sekolah sampai jam 9 malam,  itu rutinitas yang aku jalanin hampir 2 tahun terakhir di masa SMA ku. 

Sampai tiba saatnya pengumuman rengking kouta siswa yang bisa ikut snmptn, dan aku berada di rangking 9 paralel satu sekolah saat itu. Aku seneng banget, saat pengumuman saat itu, dengan sombongnya aku menjadikan IPB pilihan pertama tanpa memperhatikan faktor x dalam penilaian snmptn.

Aku sudah diingatkan oleh orangtuaku,  untuk tidak mengambil ipb saat itu,  namun aku teguh pada pendirianku dan dengan sombognya aku yakin bisa lulus SNMPTN di IPB.

Tiba saatnya pengumuman SNMPTN, hari dimana kegagalan pertama menjadi maba yang aku alamin.  Syok?  Banget,  sedih?  Pasti,  sampe aku cuman bisa mandangin layar hp ku, gabisa ngomong apapun,  tetapi aku gabisa nangis, entahlah.  Beruntungnya aku,  dititipkan pada orangtua yang sabar,Yang selalu support aku.  

Orangtuku  bilang  "yaudah gapapa, kamu harus ujian berarti. Harus SBMPTN, kan besok juga masih ada pengumuman SPANPTIKIN."  keesokan harinya pengumuman SPANPTKIN,  kegagalan kedua yang aku alami, aku makin sedih. Lagi,lagi orangtuaku menyemangati,  yaudah gapapa kan masih ada USMI IPB.  

Dan aku kembali optimis,aku bisa dapet USMI IPB. Waktu itu pengumuman tepat jam 19.00 dan pada saat bulan puasa, lagi lagi yang kuterima kata mohon maaf.  

Kegagalan ketiga ini,  membuat aku bener - bener terpuruk,  aku nangis senangis nangisnya,  sedih banget lebih sedih dari kegagalan sebelumnya. Sempat ragu untuk mengikuti SBMPTN di tahun ini, karena kondisi psikisku yang hampir menyerah ditambah lagi dengan hadirnya COVID-19.

 Aku bener -- bener berada di titik terendah saat itu, aku mencoba lebih dekat lagi dengan YANG MAHA KUASA. Aku memohon petunjuk dari-Nya, entahlah aku yakin ada yang salah dengan diriku. 

Aku mencoba untuk introspeksi diri, aku mencoba berdialog lebih dalam dengan diriku dan kudapatkan kuncinya setelah aku berkonsultasi dengan seorang kyai di dekat rumahku.  

Dan kuncinya adalah,  ridha orangtua. Ternyata memang benar adanya setelah aku berbicara yang benar- benar dari hati ke hati dengan kedua orangtuaku tempat yang aku daftari itu, orangtuaku tidak meridhainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun