Ketika saya menuliskan catatan ini, saya tidak mengerti sebenarnya informasi apa yang hendak saya sampaikan, yang jelas bahwa kondisi saat ini sedang dalam kondisi yang tidak menguntungkan bagi siapapun, para pekerja, pelajar, atau bagi pengangguran sekalipun. Kami dihimbau untuk tetap di dalam rumah, melakukan segala bentuk pekerjaan dan aktivitas, hanya di dalam rumah, jenuh? Tentu, apalagi yang dapat kami lakukan selain dirumah?, kecuali jika memang kita siap dengan semua konsekuensi yang mungkin dapat terjadi bagi tubuh kita karena virus sedang senang-senangnya berkeliaran di luar rumah.
2 April 2020, saya tuliskan ini hanya untuk mengisi waktu luang saja atau sekedar menggambarkan kondisi saat ini. Saya mahasiswa tingkat akhir di salah satu Universitas swasta di Kota Salatiga, menjalani karantina untuk menghindari virus corona yang sedang naik daun. Virus ini dimulai semenjak awal bulan Desember di Kota Wuhan, China yang mengumumkan jenis virus baru yang kemudian dikenal dengan nama resmi COVID-19, gejala dari virus ini hampir sama dengan pneumonia, mudah menyebar dengan gejala seperti demam, suhu tubuh meningkat hingga 38oC, batuk, sakit tenggorokan, dan sesak napas hingga membutuhkan bantuan tambahan oksigen jika dalam kondisi yang parah.
Pandemi virus corona terjadi di hampir seluruh negara di dunia, berbagai kebijakan diterapkan untuk dapat menekan penyebaran virus ini, mulai dari Lockdown hingga Physical Distancing atau pembatasan kontak fisik di terapkan oleh setiap negara sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di masing-masing negara.
Negara tercinta Indonesia juga tidak luput dari pandangan virus corona, dan sepertinya memang boleh dikatakan jika virus ini tidak terdeteksi sejak dini, bagaimana tidak? kasus pertama baru diketahui pada awal bulan Maret, berawal dari warga negara Jepang yang dinyatakan positif sepulang dari Indonesia, kemudian setelah itu baru dilakukan penelusuran mendalam tentang jejak-jejak turis Jepang tersebut, kemana saja dan dengan siapa saja berinteraksi, kemudian ditemukan 1 kasus positif pertama di Depok pada awal bulan Maret yang kemudian diidentifikasi sebagai pasien 01
Menghadapi masalah yang cukup serius, pemerintah kemudian memberikan himbauan kepada masyarakat untuk menjaga kontak fisik atau Physical Distancing dengan menjaga jarak lawan bicara setidaknya satu meter dan menghindari adanya kerumunan orang dengan anjuran tetap berada di rumah, hastag di rumah aja (#dirumahaja) kemudian bermunculan di berbagai media sosial sebagai bentuk partisipasi dan bentuk dukungan masyarakat dalam upaya penekanan penyebaran virus corona yang saat ini terjadi.
Menghadapi permasalahan pandemi virus corona, lembaga pendidikan mulai dari PAUD, TK, SD, SMP/MTs, SMA/MA, dihimbau untuk belajar di rumah, bahkan ujian nasional tahun ini ditiadakan. Juga termasuk kampus saya yang kemudian menerapkan sistem perkuliahan secara daring atau online, pertemuan tatap muka digantikan dengan pertemuan tatap hp atau layar laptop masing-masing.
Himbauan Work From Home mungkin sudah dapat dilaksanakan dengan baik mengingat kemudahan yang dapat dimanfaatkan di era digital saat ini, namun bagi mahasiswa tingkat akhir seperti saya yang mengharuskan terjun lapangan untuk memperoleh data penelitian ditengah pandemi virus corona menjadi hambatan dalam menyelesaikan skripsi atau tugas akhir. Waktu 3 minggu telah berjalan begitu saja, dan tugas akhir belum juga mendapat titik terang, mungkin hal ini masih akan terjadi untuk 1 minggu kedepan, 2 minggu kedepan, atau hitungan bulan yang tidak dapat diketahui pasti kapan pandemi ini berakhir. Saya sadar bahwa ini membutuhkan waktu lama, bahkan ketika penyebaran virus ini mulai menurun, pasalnya mengembalikan kecurigaan masyarakat terhadap orang luar juga membutuhkan waktu yang cukup lama.
Tidak banyak hal yang dapat diharapkan untuk dapat segera lulus, meskipun kemudian media sosial akhir-akhir ini diramaikan dengan sistem tugas akhir yang dapat disesuaikan dengan kebijakan kampus, seperti perubahan tagihan skripsi yang dapat digantikan dengan artikel ilmiah. Banyak pro dan kontra di kalangan mahasiswa sendiri, banyak yang mengungkapkan perasaan setuju terhadap penghapusan skripsi atau digantikan dengan artikel ilmiah, namun banyak juga yang kurang menyetujui dengan penghapusan skripsi dengan pertimbangan bahwa penelitian melalui skripsi menjadi satu dari tridarma perguruan tinggi
Bukan hanya saya yang merasakan permasalahan ini, harus menunggu penyelesaian tugas akhir yang belum tentu dapat dilanjutkan kapan karena ini berdampak pada kelulusan mahasiswa, saya kira seluruh mahasiswa tingkat akhir juga merasakan hal yang sama. Semoga saja ada solusi terbaik yang dapat membantu kami mahasiswa tingkat akhir menyelesaikan program studi kami, disamping berharap pandemi virus corona mulai mengakhiri penjelajahannya di Indonesia.
Pesan untuk virus corona
Saya tidak berharap banyak, hanya satu saja permintaan yang ingin saya sampaikan, segeralah berlalu, apakah engkau tidak lelah berkelana berkeliling dunia?, bagaimana nasib para pekerja yang mengandalkan upah harian?, yang harus menghidupi keluarga mereka, yang berusaha menolak lapar dengan tetap bekerja hanya supaya mereka tetap mendapat jatah makan, kami mahasiswa dan seluruh bangsa ini hanya menunggu engkau berlalu, menunggu seluruh aktivitas berjalan normal kembali, dan wujudkan mimpi-mimpi yang sempat tersendat.