Mohon tunggu...
Kebijakan Pilihan

Kontestasi Pra-Pilpres 2019, Kaya Jargon, Miskin Visi

6 Juni 2018   14:21 Diperbarui: 6 Juni 2018   14:22 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhaimin Iskandar (Source: Kompas.com)

Sedikit demi sedikit, peta politik dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kian terang. Sejauh ini, sangat besar kemungkinan konstElasi Pilpres 2014 akan terulang, yang hanya melibatkan dua kandidat, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ketika itu, Prabowo-Hatta dicalonkan Koalisi Merah Putih, sedangkan Jokowi-JK diusung Koalisi Indonesia Hebat.

Bagaimana dengan Pilpres 2019?

Walau belum mendeklarasikan diri secara resmi, media sudah menyebut kelompok yang akan bersaing dengan Joko Widodo dalam Pilpres 2019 sebagai "Koalisi Keumatan". Pentolan kelompok ini antara lain: Prabowo Subianto, Amien Rais, dan Habib Rizieq Shihab. Sejauh ini, kita sama sekali belum melihat visi Koalisi Keumatan selain jargon semacam "Partai Setan, Partai Surga". Mungkin, bagi mereka, visi misi bukan prioritas utama. Yang penting, asal bukan Jokowi.

Masuknya nama Rizieq Shihab sebagai aktor penting dalam Pilpres merupakan pertama kalinya terjadi dalam sejarah. Apalagi, media menyebut, Rizieq lah yang mendorong agar Partai Gerindra-PAN-PKS-PBB mendeklarasikan Koalisi Keumatan. Meski demikian, kemunculan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) dalam pertarungan Pilpres 2019 tidaklah mengherankan.

Sebab, dia berperan penting dalam gerakan Aksi Bela Islam, yang kini disingkat menjadi Aksi 212, yang berhasil menghimpun umat islam dalam jumlah besar. Aksi ini pun berhasil membuat Ahok kalah dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta, dan saat ini mendekam di penjara karena diputus bersalah dalam kasus penodaan agama.

Jika koalisi keumatan terbentuk, maka kecil kemungkinan akan muncul koalisi ketiga. Dengan kata lain, Pilpres 2019 mendatang hanya akan diikuti dua pasangan kandidat saja. Ditilik dari penggunaan nama "Koalisi Keumatan", sudah sangat jelas bahwa kelompok ini masih semangat melanjutkan strategi yang mereka pakai sewaktu Pilgub DKI Jakarta, yakni politik identitas agama.

Strategi tersebut terbukti sangat ampuh mengalahkan Ahok, yang awalnya seperti tak terbendung, bahkan sempat sesumbar akan menang dalam satu putaran. Isu penodaan agama yang dipakai Aksi Bela Islam ketika itu berhasil memantik emosi umat dari seluruh Indonesia, sehingga mereka rela datang dalam aksi damai di Jakarta.

Berhasil tidaknya Koalisi Keumatan mendulang sukses tentu saja tergantung strategi bertahan Joko Widodo. Yang pasti tak bisa dia hindarkan adalah harus memilih wakil yang punya akar kuat di umat islam. Dengan demikian, Koalisi Keumatan tak akan bisa menggunakan isu "Pilih pemimpin muslim" atau pesan berbau agama lainnya untuk mengalahkan Jokowi.

Berkaca dari Pilpres 2014, Jokowi kemungkinan masih rentan dituduh pro Cina atau malah dia sendiri dituduh merupakan keturunan Cina, pro PKI. Isu baru yang juga berpeluang digoreng ke arah sentimen agama adalah Perppu Pembubaran Ormas.

Lalu, siapakah yang calon yang akan diusung Koalisi Keumatan? Yang pasti, enggak mungkin Amien Rais. Prabowo Subianto terlihat masih menimbang-nimbang.

Yang seru justru terjadi di posisi calon wakil presiden. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sejak awal bersemangat mengkampanyekan diri sebagai Calon Wakil Presiden 2019. Belakangan, muncul juga Ketua Umum PPP Romahurmuziy, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun