Â
   Tanggal 1 Januari 2025 akan segera tiba. Kucoba merefleksi diri. Apakah aku sudah menyelesaikan misiku untuk tahun ini? Apakah aku sudah menjadi manusia yang lebih baik dalam berpikir, berbicara, dan berbuat dalam kehidupanku sehari-hari?
   Masih segar dalam ingatanku saat kukayuh sepedaku dengan semangat baru pada hari pertama kumulai bekerja kembali karena penyakit kanker nasofaring  yang kuderita sejak tahun 2019. Dan kini, tanpa terasa sudah hampir 5 tahun perjuanganku menghadapi badai kehidupan ini.
   Bagi seorang penyintas kanker, setiap hari adalah berkat jika masih bisa beraktivitas, jadi harus dimanfaatkan waktu yang sangat berharga ini untuk mencapai tujuan hidupku.
   Sering kubertanya pada diriku sendiri, "Apakah arti hidup ini bagiku?"
   Aku ingin berbuat kebajikan semampuku kepada siapapun, kapanpun, di manapun, dan kalau bisa berkelanjutan meskipun aku telah tiada. Apakah ada kemungkinan untuk merealisasikannya?
   Setiap hari kucoba melakukan kebajikan lewat pikiran dengan mendoakan kesembuhan bagi siapapun yang sedang sakit, mengucapkan kata-kata yang sopan, dan memberikan senyuman kepada siapapun meskipun hanya bisa di balik masker karena kondisi bibirku yang sudah tidak normal lagi setelah menjalani operasi dikarenakan sel kankernya telah bermetastasis ke bibir. Aku juga sering berdana untuk menolong orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.
   Selain itu kucoba mengisi hari dengan hal-hal baru yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, yaitu melalui tulisan yang bermakna di media sosial.
   Mana pernah kuduga aku bisa menjadi seorang penulis, walaupun hanya sebagai penulis dadakan.
   Dalam rangka menyambut tahun baru kali ini, apa lagi yang bisa kulakukan untuk menambah kebajikan yang telah kulakukan selama ini yang bisa berkelanjutan walaupun aku telah tiada?
   Ha, tercetus ide untuk melebarkan sayap dalam berbuat kebajikan dengan memanfaatkan teknologi yang semakin canggih sekarang ini!