Mohon tunggu...
tania roos
tania roos Mohon Tunggu... -

Biasa di panggil Tan, asal Malang. Saat ini masih berada di Taipei sambil memotret kehidupan para tenaga kerja Indonesia di Taiwan melalui jepretan camera dan di tuangkan dalam lembaran-ketas yang bernama Radar Taiwan Dibawah bendera Berita Indonesia Ltd.Hong Kong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nelayan Indonesia di Taiwan, Gaji Habis karena Potongan

8 Maret 2010   14:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:32 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika mendengar keluh kesah mereka, pasti hati miris. Di tengah ganasnya lautan, hanya berperahu sampan mereka harus bekerja siang malam. Sementara janji manis dengan upaah jutaan hanya pepesan kosong yang banyak di janjikan para calo pencari kerja di luar negeri khususnya Taiwan.

Taiwan ternyata bukan negeri yang menjanjikan bagi para nelayan Indonesia. Banyak dari mereka merasa kapok setelah mengetahui medan dan kondisi kerja sebagai nelayan di Taiwan. Sementara gaji yang dijanjikan tak sesuai dengan harapan sejak mereka berangkat.Hal ini terjadi karena para nelayan hanya mengetahui jumlah gaji dari pemerintah Taiwan yakni sebesar 17.280 nt perbulan(1nt=286rp). Namun pada kenyataannya mereka masih harus melalui potongan-potongan diantaranya potongan agenci fee sebesar 1800 perbulan di tahun pertama, 1700 perbulan di tahun kedua dan 1500 perbulan di tahun ke tiga. Potongan hutang mereka dari Cina trust atau Bank penjamin saat mereka akan berangkat plus bunga yang rata-rata diambil di tahun pertama atau selama 12 bulan. Potongan uang makan sebagai konpensasi majikan terhadap tenaga kerja Taiwan yang diambil alih oleh TKI sebesar antara 2500-500. Potongan pajak sebagai kewajiban warga asing yang bekerja di Taiwan, potongan askes dan astek.

Rata-rata slip gaji dari para nelayan itu di tahun pertama hanya bisa menerima antara 2000 hingga 4000 nt saja, selanjutnya di tahun kedua baru bisa merasakan gaji 7000 nt dan di tahun ke tiga baru mencapai 10.000nt.

Hal ini tentu sangat jauh dari harapan para nelayan sebelum mereka berangkat. Gaji jutaan yang bakal mereka terima ternyata habis di potong sana- dan sini. Sementara kondisi kerja yang sangat rawan kecelakaan karena tak sedikit kapal nelayan di Taiwan hanya kapal kecil.Hingga tak jarang kasus kecelakaan kerja dan hilang di laut merupakan kasus kematian nomor satu yang terjadi di tengah per TKIan Taiwan.

Berbondong-bondongnya para nelayan ke Taiwan ternyata mereka mengaku jika di negerinya sendiri, negeri bahari tak menjanjikan kehidupannya lebih baik" Saya pikir menjadi nelayan di Taiwan keadaan akan berubah, ternyata justru kita terperosok kedalam lubang. Yakni lubang hutang PT dan agen,"ungkap Nur Slamet salah seorang nelayan di pelabuhan Fuxinggang." Andai saja pemerintahan kita pinter mengelola hasil lautnya dan mendaya gunakan kami para nelayan, pasti nasib kami tak terkatung-katung di negeri orang. Kerja di negeri sendiri hanya tersandung dengan mahalnya bahan bakar dan ikan di beli murah oleh tengkulak. Kerja di negara orang kami seperti budak yang tenaga kami tak dihargai dengan gaji yang memuaskan."imbuh Nur Slamet yang juga dibenarkan rekan-rekannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun