Mohon tunggu...
Pendidikan

Singo Ulung: Tolak Balak

18 Desember 2018   11:20 Diperbarui: 18 Desember 2018   11:24 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap daerah mempunyai kebanggaan sendiri tentang leluhurnya, sebab leluhur biasanya dapat memberi manfaat terhadap pembentukan identitas masyarakat setempat. Bagi generasi penerus, warisan leluhur ini akan diabadikan dan dilestarikan dalam berbagai bentuk ungkapan, di antaranya dalam wujud tari-tarian. 

Di desa Blimbing, Kecamatan Klabang, terdapat tari-tarian yang berdasarkan legenda, yaitu Tradisi Singo Ulung. Singo Ulung adalah sebuah gelar terhadap seseorang yang bernama asli Juk Seng. Kedatangan Juk Seng ke hutan belantara Desa Blimbing menarik perhatian seorang tokoh yang hidup di wilayah hutan tersebut, yakni Jasiman. Konon keduannya bertarung, namum kesaktian mereka imbang.

Menurut legenda Singo Ulung dan Jasiman lalu bersepakat membangun desa sebaik mungkin. Ulung sendiri diangkat sebagai Demang yang berkuasa tunggal di desa Blimbing. Pengalaman dan kesaktian keduanya digunakan untuk berbagai kebaikan demi kemaslahatan desa Blimbing. Air yang semula sulit, berkat sebilah tongkat berhasil memancarkan air, yang lalu dapat dibuat bendungan besar di daerah itu. 

Dengan adanya bendungan itu, dalam waktu relatif singkat desa Blimbing menjadi subur makmur. Jasiman yang memfokuskan kerjanya sebagai ulu -- ulu banyu, sudah menampakkan hasilnya. Ia berusaha mengatur air sawah secara maksimal sesuai dengan ilmu pengairan yang ia miliki. Kesuburan dan kemakmuran desa membuat masyarakat Blimbing dangat percaya kepada kedua tokoh tersebut. Hingga saat ini masyarakat setempat melakukan ritual bersih desa.

Masyarakat Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso mempunyai cara unik untuk melakukan upacara Bersih Desa. Upacara Bersih Desa bertujuan untuk mengenang sesepuh atau pendahulu Desa Blimbing yaitu Juk Seng dan Jasiman.  Bagi masyarakat Blimbing, upacara bersih desa dilakukan dalam wujud tari-tarian yang dikenal dengan sebutan Singo Ulung. Upacara bersih desa yang dilakukan dengan tarian Singo Ulung bertujuan dengan harapan menjauhkan desa dari marabahaya.

Dalam pertunjukan Tari Singo Ulung ini dikemas menjadi seperti sebuah cerita yang menceritakan dari pertemuan Kiai Singo ulung dan Jasiman hingga dibangunnya desa. 

Dalam pertunjukan tersebut terdapat simbol penari singa (Juk Seng), panji (menggambarkan Jasiman) yang disebut singo ulung, dua orang yang menggunakan rotan (menggambarkan pertarungan Jasiman dan Kiai Singo Wulu) yang disebut tari ojung, penari perempuan ( menggambarkan istri Kiai Singo Wulu) dan kiai (menggambarkan Kiai Singo Wulu) yang disebtut tande' binik. Penari tersebut sambil menari, mereka juga berdialog layaknya sebuah drama. 

Selain itu dalam pertunjukan Tari Singo Ulung ini juga terdapat beberapa atraksi dari penari singa sehingga membuat pertunjukannya menarik. Dalam pertunjukan Tari Singo Ulung ini juga terdapat beberapa musik pengiring gamelan sederhana seperti kendang, terompet dan lain -- lain.

Upacara besih desa dengan tarian Singo Ulung diadakan setiap tanggal 13-14 Sya'ban, yaitu kala purnam di langit, menjelang bulan Ramadan. Seluruh masyarakat turut mengikuti ritual bersih desa. Hari pertama masyarakat menggambil air suci dari tujuh sumber mata air. Hari kedua masyarakat mengarak air suci yang telah diambil dengan dilakukannya tarian-tarian untuk membersihkan desa.

Masyarakat sangat antusias dalam menyambut tradisi tahunan ini. Mereka menganggap sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang yang dibanggakan. Ingat dengan para leluhur maka mengingat Tuhan. Tak heran jika masyarakat dengan suka cita dan rela mengorbankan apa saja yang diminta, mulai dari berbagai jenis bumbu masakan sampai kepada masakan. 

Demikian juga sesajennya harus lengkap, berupa nasi tumpeng, nasi rasul, biddeng gulu', lembur/degan, dudul, tetel, jenang panca warna, dan ikan 9 macam. Selain itu juga segelas kopi, nasi kuning dan kemenyan. Semuanya itu diletakkan dalam wadah yang disebut "ancak".

Dalam refleksi tarian Singo Ulung, biasanya dilakukan dua orang, satu di depan untuk menggerakkan kepala Singo Ulung dan satu lagi dibelakang sebagai kaki. Dengan iringan gamelan khas Blimbing, penampilan Singo Ulung sangat apresiatif dan atraktif. Selain itu juga, waktunya harus tepat pada tanggal 14 Syaban.
Masyarakat percaya jika mengikuti ritual bersih desa maka akan menjauhkan mereka dari marabahaya dan hasil panen yang melimpah. Jika tidak mengikuti ritual bersih desa, maka akan terjadi marabahaya dan hasil panen gagal. Sempat terjadi bencana yang menimpa Desa Blimbing, kala itu masyarakat tidak melakukan ritual bersih desa yaitu bencana puting beliung menimpa Desa Blimbing. Hingga saat ini masyarakat Blimbing tetap menjalankan ritual bersih desa untuk mengingat akan leluhur mereka, karena sejatinya mengingat makhluk ciptaan Tuhan, maka kita akan mengingat Tuhan Sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun